Tak banyak yang dilakukan Shuhua seharian itu. Seperti biasa, ia sibuk melayani pelanggan.
Di saat seperti itu, siangnya Guanlin meneleponnya. Hanya sekadar mengingatkan tentang nanti malam dan berkata untuk tidak lupa makan.
Hari itu Shuhua menutup toko lebih cepat. Ia tidak mau membohongi dirinya sendiri bahwa ia tidak siap bertemu Guanlin. Ia takut, ia akan hancur saat bertemu nanti.
Hari masih sore dan ia sudah berada di tepi pantai. Tempat di mana kencan pertamanya dan Guanlin berlangsung. Tempat paling indah seumur hidupnya. Tempat yang menjadi alasannya menyukai laut.
Tempat yang sama untuk menghancurkan hatinya. Dimana ia melihat Guanlin bahagia bersama orang lain. Almond brownies adalah kue yang tepat menggambarkan perasaannya saat ini.
Kue dengan rasa manis namun pahit secara bersamaan. Di saat yang sama membuat candu bagi yang memakannya.
Shuhua menghabiskan waktunya di tempat itu untuk melamun. Ia benar-benar tidak berniat melakukan apapun selain melihat laut dan ombaknya.
Tiba-tiba teleponnya berdering. Ia sampai terkejut karena suasananya tadi sendu sampai panggilan masuk itu merusaknya.
"Halo?" Shuhua mengangkat panggilan itu.
"Jiejie, kau di mana?" Itu Guanlin.
"U-uhm. Di pantai."
Tidak terdengar apa-apa selama beberapa detik sebelum akhirnya Guanlin kembali bicara. "Aku akan segera ke sana."
"Iya.."
Setelah sambungan diputuskan, Shuhua baru menyadari bahwa langit sudah gelap. Ia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 7 lewat.
Pukul 7 lewat?
Dan Guanlin baru meneleponnya?
Kembali Shuhua menghela napas dan meletakkan kepalanya di atas lututnya.
Ia lelah. Sungguh.
Sampai kapan ia akan bertahan? Sampai kapan ia bisa kuat menanggung ini semua?
Sayup-sayup ia mendengar suara nyanyian. Ia segera mengangkat kepalanya dan menengok ke sekeliling.
Tidak ada siapapun. Masih ia, pantai, dan gelapnya malam.
Ia kembali meletakkan kepalanya di atas lututnya. Sampai saat suara nyanyian yang sayup itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas dan terdengar dekat.
Shuhua kembali menegakkan kepalanya. Memastikan sekeliling. Tidak mungkin ada orang iseng, bukan?
Sedang sibuk mencari sumber suara, perhatiannya dialihkan oleh suara lainnya.
"Jiejie!"
Shuhua menoleh, dan mendapati Guanlin berlari ke arahnya.
"Ya Tuhan kau sedang apa di sini? Ini sudah malam dan... Ya ampun, kau belum pulang sejak tadi?"
Shuhua menggeleng pelan.
Guanlin menghela napas melihat perlakuan kekasihnya. Kemudian ikut duduk di hadapannya.
Ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah kue yang dibungkus plastik.
Kue yang sama yang ia berikan 2 tahun lalu pada Shuhua. Kue yang sama pula yang menjadi alasan kecintaan Shuhua terhadap kue-kuean.
Danish chocolate.
"Selamat hari jadi ke 2 tahun. Tadinya aku mau bawakan yang lebih besar. Tapi kau tidak ada di rumah. Jadi aku mencarimu sambil bawa potongan begini. Yang besarnya aku titipkan di Bibi Seunghee."
Shuhua menatap kue itu kosong.
Guanlin tersenyum. "Aku mencintaimu, Shuhua."
Shuhua tidak bisa untuk tidak tersenyum haru. Walau sebagian hatinya masih merasa remuk.
Tatapan Guanlin benar-benar menghapus sebagian dari kesedihannya.
Perlahan Guanlin mendekatkan wajahnya. Masih menatap Shuhua dalam.
Shuhua sendiri terbuai dengan tatapan Guanlin. Sampai tak sadar, entah sejak kapan ia sudah berpagutan dengan Guanlin.
Suasana malam itu benar-benar membawa mereka dalam dunia milik mereka sendiri. Guanlin tak ragu untuk menambah intensitas pagutannya.
Hampir tangannya mau menarik Shuhua mendekat, sampai dering teleponnya menghancurkan semuanya.
Ia melepas ciumannya dengan Shuhua sepihak dan melihat nama di layarnya.
Yuqi jiejie.
Selamat kepada BoocinBtoB yang benar dengan tebakannya. Hehe.
Oh iya makasi banyak ya yg uda komen aku sebenernya lebih suka di komen loh daripada di vote huhu ㅠ ㅠ ㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.