Cukup lama mereka berdua saling hanyut dalam pikiran masing-masing.
Sampai akhirnya Guanlin menghela napasnya kasar. "Aku tidak ingin kehilanganmu. Lagi."
"Tapi kau memang harus kehilanganku." Shuhua membalas. "Kau akan berdiam di tempat yang sama jika kau tidak melepasku."
"Aku tidak mau." Guanlin sedikit menggeram.
Shuhua kembali menatap Guanlin sendu. "Guanlin.. Kumohon. Lepaskan aku."
Guanlin tidak bisa menahan air matanya. Tanpa bisa ia kendalikan, air mata itu meluncur bebas menerobos pelupuknya.
Ia kehabisan kata-kata. Berada pada titik saat satu katapun tak dapat mengeskpresikan perasaannya.
Shuhua memejamkan mata seiring pendar biru yang terus terpancar dari hati Guanlin. Sedikit berharap agar siren lainnya tak terpancing.
"Bisakah.." Guanlin beranjak. Mendekat ke arah Shuhua. "Bisakah aku memelukmu?"
Shuhua langsung menatap Guanlin. Matanya bertemu dengan mata Guanlin yang sembab. "Apa?"
"Bisakah aku memelukmu?" Guanlin mengulangi permintaannya. "Sudah lama sejak kita melakukannya."
Shuhua menatap Guanlin penuh curiga.
"Aku berjanji tidak akan menciummu."
Butuh beberapa saat bagi Shuhua untuk berkompromi dengan pikirannya. Sampai akhirnya ia mengangguk mengiyakan.
Guanlin kemudian memasukkan kakinya ke dalam laut. Perlahan disusul dengan badannya. Barulah setelah seluruh tubuhnya masuk ke laut, ia berenang menuju Shuhua.
Jantungnya berdegup kencang saat berada tepat di hadapan Shuhua. Ini pertama kalinya mereka berhadapan sedekat ini sejak terakhir kali mereka berpisah di pantai.
Guanlin dapat merasakan pergerakkan ekor Shuhua menyentuh kakinya. Membuatnya harus menahan diri untuk tidak larut dalam kesedihannya.
Ia tak ingin merepotkan Shuhua dengan mengundang siren lainnya.
Ia menarik kedua pundak Shuhua. Matanya tak lepas dari mata Shuhua. Mengunci pandangan itu.
Kemudian perlahan, ia menarik tubuh itu mendekat. Sampai pada pelukannya.
Tubuh yang sama. Ia masih merasakan de javu saat memeluk tubuh itu. Tidak ada perbedaan selain sebuah ekor yang kini menggantikan sepasang kakinya.
Lama kelamaan, Guanlin larut dalam perasaannya. Ia membenamkan wajahnya pada ceruk Shuhua. "Aku merindukanmu."
Shuhua perlahan mengangkat tangannya, membalas pelukan Guanlin. Meringis pelan saat menyadari lelaki itu memeluknya sedikit terlalu erat.
Dan akhirnya, ia membiarkan Guanlin menangis dalam pelukannya. Menyalurkan segala rasa rindunya dalam pelukan.
"Baiklah, sudah cukup. Kau sudah keterlaluan!"
Guanlin diam saat Yuqi meneriakinya. Saat ini ia berada di tempat Yanan, atasannya.
Tadi sore saat ia pulang dari laut, ia menemukan ponselnya dengan banyak panggilan dan pesan yang mengharuskan ia untuk datang sesegera mungkin.
Dan di sinilah ia berada. Di kediaman atasannya, bersama Yuqi di hadapannya yang menatapnya penuh amarah.
"Apa benar itu? Kau mencampakkan Yuqi?" Suara Yanan menginterupsi segala atmosfer yang berada di sana.
Guanlin mengangguk. Ia bahkan tidak memiliki satu katapun yang bisa ia jadikan balasan atas pertanyaan itu.
"Kudengar juga akhir-akhir ini kau jarang datang. Saat datang sekalipun, kerjamu hanya melamun. Kau jarang melakukan bagianmu." Yanan kembali mempertanyakan kebenaran.
Sekali lagi Guanlin mengangguk. Tidak berniat menyangkal sama sekali.
Yanan berdeham. "Lalu apa yang bisa kau pertanggung jawabkan atas semua itu?"
"Apapun." Guanlin berujar. "Termasuk kemungkinan terburuknya."
Yanan menatap Guanlin dalam. "Kalau begitu, maaf Tuan Lai. Tapi, kau dipecat."
"Apa?" Yuqi menatap Yanan tak percaya. "Apa harus langsung memecatnya?"
"Sudahlah." Bukan Yanan yang menjawabnya, namun Guanlin. "Maafkan aku, jiejie. Aku memang pantas mendapatkannya."
Kemudian ia memberi salam terakhir pada mantan atasannya itu yang dibalas anggukan.
Sebelum benar-benar keluar dari sana, Guanlin berhenti di depan pintu.
"Terima kasih atas semua waktumu, jiejie. Aku menghargainya. Mulai saat ini, carilah seorang yang benar-benar mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.