Perlahan tapi pasti, entah bagaimana saat ini Shuhua mendapati dirinya berada si dalam lautan. Lautan yang gelap dan dingin, hanya berbekal terang bulan untuk menyinarinya.
Air laut mulai mengisi paru-parunya, suhunya yang sedingin es menusuk kulit.
Tiap jengkal tubuhnya, lumpuh sudah.
Jejak cahaya menghilang seiring semakin dalam tubuhnya ditelan air. Satu demi satu inderanya mulai menghilang.
Pendengaran, perasaan, pandangan.
Meninggalkan ia sendiri dengan perasaan teramat takut dan ketidakberdayaan yang mengakar.
Di saat-saat seperti itulah, kata orang kau akan mengingat semua kenangan dalam hidupmu. Baik kenangan buruk ataupun baik.
Shuhua juga tak luput darinya.
Terlintas di benaknya, saat dimana hidupnya dulu. Diawali dengan segala kepahitan setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya untuk selamanya.
Sampai pada akhirnya ia bertemu dengan Guanlin. Sumber cahaya hidupnya.
Awalnya ia sama sekali tidak bisa terbuka pada siapapun. Termasuk pada Guanlin. Apapun yang dilakukan Guanlin tak kunjung membawa lelaki itu pada pintu masuk kehidupannya.
Namun Guanlin, dengan segala usahanya tetap tak menyerah. Lama-kelamaan ia berhasil mencuri hati Shuhua.
Tiap pagi ia akan pergi ke rumah Shuhua, mengajaknya pergi ke sekolah bersama. Tak malu sekalipun Shuhua adalah anak yatim piatu, yang mendapat hak bersekolah karena belas kasihan.
Guanlin terus mengajak Shuhua melakukan segala sesuatu yang tak pernah Shuhua pikir akan ia lakukan lagi selama hidupnya. Salah satunya mencari kebahagiaan.
Semua perlakuan Guanlin itu lama-kelamaan membuat Shuhua terbuai dalam perasaannya.
Terlebih beberapa saat setelah kelulusan, Guanlin datang padanya. Di samping mengucapkan selamat, ia juga mengucapkan kalimat yang tak pernah Shuhua dapatkan seumur hidupnya.
Kalimat bahwa ia yang akan menjaga Shuhua ke depannya. Ia yang akan ada bagi Shuhua kapanpun Shuhua membutuhkannya.
Dan semua itu tentu membuat Shuhua mematenkan itu menjadi suatu khayalan indah. Mengkhayalkan garis kehidupannya sendiri. Bagaimana ia akan dewasa dengan indah. Dan meninggal terbawa umur dalam kedamaian.
Khayalan yang membuatnya menjadi idealistis. Sampai tak sadar bahwa ia terlalu asyik dalam khayalannya dan tak menyadari bahwa dirinya telah merusak batas yang seharusnya tak boleh dirusak.
Batas dimana khayalan dan kenyataan saling bertegur-sapa.
Karena Shuhua tidak tahu, bahwa semua khayalan itu pada akhirnya akan membawanya ke akhir segalanya yang ia ketahui.
Kini semua kilas balik itu terpampang, di situlah Shuhua kembali mendengar lagu. Sayup-sayup namun pasti. Menusuk dalam indera pendengaran yang seharusnya sudah musnah.
Dan perlahan Shuhua melihat sebuah sosok mendekat padanya.
Sebentar. Apakah yang dilihat Shuhua itu nyata? Ekorkah yang dimiliki sosok itu?
Bukan. Sosok itu bukan sejenis ikan. Sosok itu berbentuk gadis cantik di atas, namun ikan di bagian bawahnya.
Shuhua sampai tidak bisa berpikir apakah makhluk di hadapannya itu. Ia sudah kehabisan segala sesuatu bahkan hanya untuk sekadar berpikir.
Dan lagu itu kembali terulang, bersamaan dengan sosok itu mendekati dan mengelilinginya yang kian melemah.
Ah, ternyata lagu indah ini berasal dari sosok itu.
Shuhua semakin terlarut dalam liriknya. Menyadari arti yang begitu dalam dari lirik nyanyian itu.
Sosok itu kemudian meraih wajah Shuhua.
Shuhua bisa melihat, bahwa sosok itu memiliki rupa yang sangat cantik sekaligus dingin. Secantik suaranya dan sedingin tatapannya.
Sosok itu semakin mendekat. Dan kemudian yang Shuhua ketahui, sosok itu sudah mencium bibirnya.
Plot twist wayoloh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.