“Ini masih subuh. Kau mau kemana?” Shinwon menahan Eunbin yang kini sudah siap dengan mantelnya di depan pintu keluar.
Eunbin menatap Shinwon cemas. “Aku takut, oppa. Kau tahu sendiri bagaimana keadaan Guanlin kemarin. Siapa yang tahu saat ini apa yang akan dilakukannya?”
Lagi-lagi Shinwon harus menahan rasa getir mendengar panggilan itu. Ia kembali memenjara pergelangan Eunbin yang sempat melepaskan genggamannya. “Lalu kau mau menjaganya seharian? Memastikan ia baik-baik saja?”
Eunbin terdiam. Perlahan ia menatap Shinwon yang masih setia menggenggam pergelangan tangannya.
“Kesalahannya yang membuat ia seperti itu. Ia harus bisa belajar dari kesalahannya dulu sebelum berubah menjadi sosok yang lebih baik.”
Tangan Eunbin mengepal. Ia tahu pasti Shinwon tidak hanya sedang membicarakan Guanlin. Tapi juga sedang membicarakan dirinya sendiri.
Siapa yang tahu bahwa sesungguhnya Eunbin adalah penduduk asli di sini? Sebuah kesalahan yang dilakukan Shinwon menjadikan saudari tersayangnya terjerat dalam kutukan yang mengharuskannya melupakan semua kehidupannya yang lalu.
Saudari yang ingin ia bahagiakan bahkan sampai ia kehabisan waktu hidupnya. Yang ingin ia jadikan alasan mengapa ia ingin pulang cepat ke rumah.
“Sedang apa kalian di situ?” Ibu Shinwon, Nyonya Go keluar dari kamarnya. “Ini masih subuh dan kalian ingin keluar?”
Shinwon dan Eunbin sama-sama terdiam. Namun Shinwon segera membuka suara. “Ia ingin pergi.”
Pandangan Nyonya Go langsung berubah sendu. “Kau ingin pergi lagi, Eunbin?”
“Bukan begitu, eomma.”
Nyonya Go tidak dapat menahan air matanya. “Kau ingin meninggalkan eomma lagi, Eunbin? Membuatku kembali menyesali masa lalu?”
Eunbin tidak dapat menahan diri untuk tidak menghambur ke pelukan ibu tirinya itu.
“Jangan tinggalkan eomma lagi. Eomma benar-benar tidak bisa kehilanganmu.” Nyonya Go mengusap rambut Eunbin.
Shinwon sendiri menahan tangisnya. Masih teringat bagaimana minggu lalu pertemuannya dengan Eunbin di tepi pantai saat hendak melaut. Orang yang membuatnya kesetanan bertahun lalu.
Antara percaya dan tidak menyadari Eunbin benar-benar tidak berubah dari terakhir kali ia kehilangannya. Bahkan wajahnya sama persis tanpa sedikitpun tanda penuaan.
Ia kembali memastikan apakah benar saudari tirinyalah yang kini berada di depannya.
Dengan gemetar, ia melepas kemejanya dan menutupi tubuh polos Eunbin. Kemudian ia berlari membawa Eunbin ke tempat tinggalnya.
Kini Guanlin duduk di hadapan Shuhua yang setengah badannya tetap berada di air.
“Kau berhutang penjelasan aksi gilamu tadi,” tuntut Shuhua.
Guanlin menggeleng. “Aku hanya ingin bertemu denganmu.”
“Bertemu denganku apanya. Tadi jelas-jelas aku melihat kau memancing para siren itu dengan hatimu!” tunjuk Shuhua tepat ke dada Guanlin.
Guanlin sendiri menoleh ke dadanya. “Hatiku kenapa?”
Shuhua menahan napasnya frustasi. “Hatimu bersinar terang dengan warna birunya yang mengundang perhatian.”
Senyum sendu berhasil masuk ke netra Shuhua. “Kau tahu, alasan ia bersinar biru karena kerinduanku padamu. Dan karena kau sudah datang, kini ia terobati.”
Shuhua mencebik. “Percaya diri sekali aku akan datang.”
“Tentu saja. Buktinya kau datang.”
“Aku datang karena kau hampir jadi mangsa para siren itu!”
Guanlin kembali menatap Shuhua lama. “Tapi kau datang menyelamatkanku. Kau khawatir padaku, 'kan?”
“Apanya!” cibir Shuhua. “Aku datang karena terpancing hatimu!”
“Kalau begitu aku akan melakukan ini lagi besok. Besoknya lagi. Dan seterusnya. Agar kau selalu datang padaku.” Guanlin tersenyum lembut pada Shuhua. Perlahan, ia mengaitkan jemarinya pada milik Shuhua.
Shuhua hanya memperhatikan saat Guanlin melakukannya.
“Sampai detik ini, aku masih juga mencintaimu... Apa yang harus kulakukan?”
coba tebak apa yang sebenarnya terjadi antara Shinwon dan Eunbin
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.