Shuhua melihat nama itu terpapar di layar. Seketika ia kembali ditampar oleh kenyataan. Hampir tak bisa bernapas.
Dan napasnya bergetar saat Guanlin memilih berdiri dan mengangkat panggilan itu.
Semua pembicaraan Guanlin membuatnya ingin menghilang saja rasanya.
"Halo?"
"Apa?!"
"Iya aku segera ke sana!"Dan rasanya Shuhua ingin hati ini tidak pernah ada saja.
Yang terjadi kemudian adalah Guanlin menatap Shuhua penuh penyesalan. "Sayang, ini sepupu bosku. Mungkin sedang ada masalah di sana."
Yang benar saja? Masalah? Di malam hari?
Dari sekian banyak orang mengapa harus melibatkan pegawai yang belum 2 bulan bekerja?
Cukup sudah.
"Tidak. Kau tidak boleh pergi." Shuhua ikut berdiri di hadapan Guanlin.
Guanlin terkejut mendengar penuturan Shuhua. Sejak kapan Shuhua berani seperti ini? Terlebih ini diiming-imingi urusan pekerjaan.
"Jiejie. Sayang, dengarkan aku-"
"Tidak!!"
Guanlin sekali lagi dibuat terkejut melihat Shuhua berteriak seperti kesetanan.
"Aku tahu. Semuanya," ucap Shuhua final.
Guanlin sendiri sekali lagi harus kembali terkejut menyadari maksud perkataan Shuhua. Terlebih saat melihat Shuhua yang kini sudah dibanjir air mata. Ia ingin mengusap air mata itu dan menenangkannya. Namun, kini ia merasa Yuqi sedang lebih membutuhkannya.
"Jiejie, maafkan aku. Tapi aku harus pergi. Nanti aku akan langsung kemb-"
Lagi-lagi Guanlin harus menelan perkataannya karena Shuhua kembali menyelak.
"Pergi dan kita berakhir."
Guanlin menatap Shuhua tak percaya. Apakah Shuhua serius dengan perkataannya?
"Tapi aku-"
"Kalau mau pergi ya pergi saja!!" Shuhua berteriak. Kembali air matanya membanjiri wajah rupawannya. "Tapi tak ada lagi kata esok. Cukup sampai hari ini."
Dan yang terjadi setelahnya benar-benar menghancurkan Shuhua sampai pada titik terendah. Guanlin berjalan mundur. Mengucapkan maaf dan berlari meninggalkannya.
Shuhua diam memandang kepergian Guanlin. Barulah setelah sosok Guanlin tak terlihat, ia menangis kencang. Ia jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya. Meluapkan semua rasa perih yang ada di hatinya.
Ia tidak percaya, 2 tahunnya hilang hanya karena 2 bulan Guanlin bersama orang lain.
Masih terbayang bagaimana Guanlin tadi memilih berlari meninggalkannya. Sungguh, Shuhua sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia terus menangis berusaha menumpahkan emosinya.
Tanpa ia sadari, hari sudah semakin malam dan ia masih betah menangis walau sudah tidak sekencang tadi. Ia berdiri menghadap laut. Ini sudah kesekian kalinya ia berteriak melampiaskan semuanya.
Sedih, kecewa, hancur.
Semua bercampur satu. Semua ia berikan pada laut. Membiarkan emosinya terbang meluap dibawa angin malam yang berhembus.
Ia menatap laut dengan mata yang terus mengeluarkan air.
Dan lantunan itu kembali terdengar. Lembut dan menghanyutkan, bagai air ombak yang berdesir.
"Wahai kau yang patah hati,
jiwamu kini telah lelah..apakah kau berpaling pada air pasang
untuk menelan air mata kesepianmu?Semoga ombak menerima dirimu
semoga ia lembut menenangkan dirimu
hingga kau terlelap...Menghilangkan semua luka dan rasa sakit,
yang kau bawa selama iniNamun bila kau
memberinya kesempatan,
akankah kau melupakan masa lalumu?Kau dan aku,
bisa memulainya kembaliKita bisa mencintai kembali,
sayangku.."Entah sejak kapan, Shuhua mendapati dirinya sudah berada di tengah laut. Ia terlena dengan lagu tersebut dan suara merdu si pelantun lagu.
Tanpa ia sadari air sudah mencapai lehernya yang artinya ia berjalan cukup jauh ke tengah lautan.
Pikirannya seperti tersihir karena saat ini ia tak lagi mendengar apapun selain lagu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.