Guanlin segera menatap Shuhua begitu mendengar penuturannya. “Tidak. Kau tidak akan pergi!”
Shuhua menaikkan alisnya. “Apa alasanku untuk tetap berada di sini disaat aku bisa pergi ke luar sana dan mencari mangsa yang lain.” Ia menatap Guanlin tajam. “Kecuali kau mau jadi mangsaku.”
“Tidak ada yang akan jadi mangsa di sini.” Shinwon mengangkat senapan biusnya, sekadar mengingatkan Shuhua.
Eunbin sendiri menahan bahu Guanlin. “Biarkan ia pergi. Tempatnya memang di lautan.”
“Tidak!” bentak Guanlin. Membuat Eunbin terkejut. “Tempatnya bukan di sini. Tempatnya di sana, di belakang meja kasir untuk melayani orang-orang yang datang membeli kue!”
Shuhua sedikit tertegun mendengarnya. Diam-diam menyimpannya dalam memori. Well, setidaknya sekarang ia tahu pekerjaannya sebelum ini.
Eunbin menatap Guanlin iba. “Kalaupun kau memaksa membawanya, lalu apa? Kau mau warga menghakiminya dan membawanya untuk diteliti?”
Bahu Guanlin jatuh. Ia lemas membayangkannya.
“Guanlin, kumohon. Biarkan Shuhua pergi.”
Guanlin masih dalam diamnya. Ia benar-benar kalut diperhadapkan dengan situasi ini.
“Kalau begitu, besok kau harus kembali lagi.” Ia menatap Shuhua dalam. “Berjanji padaku.”
Eunbin dan Shinwon terdiam. Mereka kehabisan kata-kata. Eunbin sendiri mengerti perasaan Guanlin.
Shuhua mengangguk menyetujui.
Setelahnya, dengan bantuan Shinwon ia berhasil kembali masuk ke laut. Ia langsung berenang menjauh tanpa melirik sedikitpun ke belakang, ke arah perahu milik Shinwon.
Pagi itu, terlihat sepasang sepatu di tepian pantai. Tentu saja pemilik sepatu itu orang yang sama yang semalaman tidak bisa tidur. Ia terus terpikirkan masalahnya.
Bahkan matahari belum terlihat saat orang itu sudah menerobos pantai. Orang itu, Lai Guanlin dengan bajunya yang semalam, yang memang belum digantinya semenjak pulang dari pantai, segera berlari menuju lautan.
“Shuhua!!”
Ia berteriak kencang. Sempat goyah dikarenakan ombak yang cukup kuat menabrakkan diri padanya.
Guanlin kalut melihat tak ada tanda-tanda kehadiran Shuhua.
Mengumpulkan segala kerinduannya, kembali ia teriakkan nama itu. “Shuhua jiejie!!!”
Lagi. Sekali lagi ia harus menelan kenyataan bahwa satu-satunya jawaban hanyalah ombak tanpa henti yang terus membuatnya goyah.
Kemudian ia menguatkan hati untuk menerobos lautan lebih dalam lagi.
Sambil terus meneriakkan nama kesayangannya, ia tak lagi peduli bahwa air laut sudah mencapai batas dadanya.
“Kumohon Shuhua, jawab aku!”
Guanlin mengusap wajahnya. Air laut mulai membuyarkan penglihatannya. Bukan hanya air laut, air matanya juga tak segan untuk mengaburkan pandangannya.
Dan siapa sangka, jika Guanlin sudah terlalu jauh melewati batasnya. Ombak yang terlalu besar menyeret tubuhnya semakin menuju tengah laut.
Ia berusaha untuk tetap mempertahankan kepalanya keluar air menghirup oksigen. Sesekali ia melihat ke dalam lautan yang minim cahaya untuk sekadar memastikan kehadiran Shuhua.
Namun yang ia dapati adalah dua ekor siren kelaparan yang kini berenang menuju dirinya.
Guanlin sempat berusaha berenang menjauh. Namun, pemikiran bahwa mungkin ia bisa bertemu Shuhua jika ia ikut menjadi siren kembali menggerayangi pikirannya. Walau kemungkinan besar ia bisa saja melupakan Shuhua. Selain itu, ia tetap akan kalah jika berenang melawan siren sepandai apapun ia berenang.
Tanpa sadar, Guanlin sudah tenggelam. Ia bahkan tak sempat berpikir untuk menyelamatkan diri kalau saja sebuah tangan tidak datang dan menariknya berenang menuju tepian.
“Uhuk! Uhuk!”
Guanlin memuntahkan semua air yang sempat ia telan tadi.
“Kau gila, ya?”
Seselesainya terbatuk, Guanlin menatap sosok penyelamatnya tadi. Shuhua, kini berada di hadapannya.
btw itu Guan beneran loh yg di mulmed ngeheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.