“Kami adalah kaum siren. Atau bisa dibilang kaum penyesalan. Kami ada didasari oleh patah hati yang mendalam. Berbekal kutukan, patah hati itu kami tukar dengan sebuah kehidupan.”
Eunbin memulai penjelasannya. Menatap Guanlin yang memandang ke sembarang arah tanpa fokus.
Ia menghela napas. Namun, ia kembali melanjutkan.
“Setiap kehidupan itu berharga. Tidak ada satupun yang tidak berharga. Namun, orang yang patah hati biasanya tidak merasakan hal itu. Mereka berpikir bahwa kehidupan mereka tidak lagi berarti dan kebanyakan berakhir dengan mengakhiri hidup mereka. Sekalipun tidak bunuh diri, mereka akan kehilangan arti kehidupan mereka. Dan menjalani kehidupan seolah kehidupan itu bukanlah sesuatu yang berarti.
Itulah mengapa kutukan ini terbentuk. Untuk menegaskan pada siapapun dengan hati yang patah, bahwa hidup itu berharga. Cara kerja kutukan ini dengan mengandalkan penglihatan siren. Siren dapat melihat pendar biru dari hati yang patah. Dan dengan begitu, mereka akan mengincar orang-orang patah hati untuk kemudian menukar kehidupan mereka.
Kutukan akan berpindah dari siren ke orang tersebut. Dan siren tadi akan berubah menjadi manusia. Sementara orang patah hati itu, akan berubah menjadi siren.
Saat menjadi siren, semua ingatanmu dari kehidupan akan dihapuskan. Termasuk semua patah hatimu juga ikut terhapus di dalamnya. Kau akan berkelana di lautan tanpa ingatan. Dalam kesendirian di tengah gelapnya lautan. Tanpa mengetahui, berapa banyak orang mengkhawatirkanmu.
Di situlah kau akan menyadari pentingnya kehidupan itu. Kau akan menyesali keputusanmu di masa lampau dan menginginkan satu kesempatan lagi untuk hidup. Kau akan memburu orang-orang patah hati untuk menukar kutukan menjadi sebuah kehidupan.
Karena walaupun ragamu hidup, jiwamu mati saat kau menjadi siren. Kau tidak memiliki perasaan selain rasa takut dan keinginan untuk kembali hidup. Bisa disimpulkan, bahwa siren sebenarnya adalah manusia yang patah hati di kehidupan sebelumnya.
Dan itulah yang terjadi antara aku dan Shuhua.”
Gadis itu mengakhiri penjelasannya. Ia menatap Guanlin yang tampaknya sedang berperang antara hati dan logikanya.
Keheningan cukup lama mengunjungi mereka sampai Guanlin membuka suaranya. “Jadi... Shuhua jiejie patah hati?”
Eunbin terdiam. Kemudian mengangguk pelan.
Guanlin mengusap wajahnya kasar. “Dan ia kehilangan semua ingatannya?”
Lagi-lagi gadis itu mengangguk.
Guanlin menghela napasnya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kejadian yang sedang ia alami ini.
“Engg...”
Ketiga manusia di sana menoleh. Dan mendapati Shuhua yang mulai terbangun.
Bius yang digunakan memang bius ringan. Efeknya tidak bertahan lama.
Guanlin tidak dapat menahan debaran di hatinya saat matanya berhadapan dengan tatapan Shuhua.
Namun ia harus menelan rasa kecewanya, saat tatapan itu tak membalasnya seperti sebagaimana harusnya. Tatapan itu dingin dan menusuk. Tanpa perasaan.
“Aku...ditangkap?” Shuhua berujar ketika matanya menangkap sosok lelaki di samping si gadis. Lelaki yang sama yang beberapa hari lalu menembakinya dengan peluru. Walau tidak kena.
Si lelaki menggeleng, lantas tersenyum. “Kali ini tidak lagi. Sebentar lagi kami akan membebaskanmu. Tapi sepertinya...” Lelaki tadi menatap ke arah Guanlin. “Ada seseorang yang ingin berbicara denganmu.”
Shuhua ikut melihat ke arah Guanlin. Mata mereka bertemu dalam satu tatap.
Dalam hitungan detik, mata Guanlin mulai menggenang. Dan diikuti air mata yang mengalir dari pelupuknya.
Shuhua sendiri terus menatap Guanlin. Tepatnya, menatap ke bagian dadanya. Letak hatinya berada. Matanya sudah mendapat sinyal biru dari hati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanfictionCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.