Seharian penuh Eunbin menemani Seonho. Berusaha meyakinkannya. Bahkan sore itu sepulang berlayar, Shinwon datang dan ikut meyakinkan Seonho.
Butuh seharian bagi Seonho sampai akhirnya ia memutuskan untuk memercayai fakta berat yang tersaji di hadapannya.
"Jadi Lai Guanlin sialan itu menyesal atas perbuatannya?"
Eunbin mengangguk.
"Ya, tentu saja dia harus menyesal." Shinwon ikut menimpali.
"Ia terus menghabiskan waktunya di laut sejak saat itu. Tidakkah kau tahu bahwa ia sudah dipecat dari pekerjaannya?" Eunbin kembali berujar.
"Benarkah?" sahut Seonho tak percaya.
"Benar." Kali ini Shinwon yang menjawab. "Bahkan aku sempat bertemu dengannya tadi saat ke sini berjalan dari arah pantai."
Seonho lagi-lagi berusaha untuk percaya. Bagaimanapun, Shuhua adalah teman terbaiknya. Ia akan melakukan apapun yang ia bisa untuknya.
Guanlin kesetanan. Berkali-kali ia berteriak ke arah laut.
Ia pergi.
Shuhua sudah pergi.
Sejak pagi sampai kini langit sudah kembali memerah, Shuhua tetap tidak menampakkan dirinya.
Guanlin berusaha tetap positif dengan menganggap Shuhua sedang melakukan sesuatu yang lain.
Namun kenyataan kembali meresap dan menghancurkannya. Hal apa yang bisa dilakukan Shuhua di lautan tanpa kehidupan seperti ini?
"Guanlin!"
Terdengar suara Eunbin dari kejauhan. Ia datang bersama Seonho dan Shinwon. Berlari menghampiri Guanlin yang terus saja meracau tak jelas.
Seonho jatuh berlutut menyadari apa yang terjadi. Ia tidak bodoh untuk langsung mengetahuinya.
"Shinwon oppa melihatmu menggila di pantai," ujar Eunbin. Ia menggigit bibirnya, berusaha menyelesaikan kalimatnya. "Apakah... Ia pergi?"
Guanlin tidak menjawab. Ia sudah kehabisan akal untuk sekadar membalas dan memikirkan jawabannya.
Shinwon menepuk pundak Guanlin. Berusaha memberi kekuatan pada lelaki yang sedang mengalami kehancuran ini.
Tak lama, suara isakan terdengar dari Guanlin.
"Aku masih memeluknya kemarin sore.."
Eunbin memejamkan matanya. Menyadari seberat apa beban yang Guanlin alami.
"Ia bahkan masih mengatakan padaku untuk hidup dengan benar! Bagaimana bisa ia pergi?? Bagaimana bisa!!"
Mau tak mau Eunbin juga ikut meneteskan kesedihannya. Tak kuasa melihat Guanlin yang begitu jauh dari kata baik.
"Itu yang terbaik baginya, kau dan kita semua," ujar Eunbin. "Dari awal memang kita tidak bisa memilih."
Membiarkan Guanlin larut dalam sendunya.
"Dimana Guanlin?" tanya Shinwon.
"Dimana lagi? Seperti biasa."
"Pantai?"
Eunbin mengangguk menjawabinya. "Memang oppa ada perlu apa dengannya?"
"Aku dapat pelayaran ke barat. Kalau ia mau, aku bisa mengajaknya. Bayarannya lumayan."
Eunbin mengangkat bahunya. "Aku tak yakin. Oppa tahu sendiri ia tak bisa meninggalkan pantai. Terus berharap suatu saat Shuhua akan kembali padanya."
"Yah, mungkin saja ia berniat beranjak dari titik ini."
Eunbin lagi-lagi menggeleng. "Lupakan saja. Ia dan pantai bukan hal yang dapat dipisahkan."
Pada nyatanya, apa yang diucapkan Eunbin memang dapat dibuktikan. Kini lelaki jangkung itu kembali pada tempat favoritnya yang biasa.
Tempat dimana ia sering menghabiskan waktunya selepas menjalani hari.
Satu-satunya tempat yang dapat menenangkan jiwanya.
Ia memejamkan matanya. Menikmati suara ombak yang terus bersahutan. Juga suara angin dan burung yang senada.
Entah sejak kapan pantai menjadi tempat kesukaannya. Dalam keadaan apapun, baik senang maupun sedih, ia pasti akan pergi ke pantai.
Bahkan untuk sekadar mengutarakan isi hati tentang betapa beratnya hidup pun juga ia lakukan di pantai.
Guanlin membuka matanya perlahan. Menatap matahari yang semakin lama kian ditelan laut.
Kesalahan yang dulu ia anggap kecil kini berakibat fatal. Seumur hidup adalah bayarannya. Menahan penyesalan yang akan selalu bercabang dalam jiwanya.
"Maafkan aku, sayangku.."
ready for epilog ngga? heheh
btw ceritanya Shinwon begini ya tampilannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren; Shuhua ft. Guanlin ✔
FanficCome to me, sweetie. And I will heal your wound. ▪ Terinspirasi dari Webtoon Siren karya instantmiso. ▪ Bahasa baku. ▪ Angst.