08. Pain

3.8K 344 50
                                    

"Iya Jungkook, aku hamil"

"Dan itu semua karena ulahmu" tambahku.

"Tidak mungkin"

"Aku hamil anakmu Jungkook, percayalah"

"Kenapa aku harus percaya jika kau hamil anakku?"

"Itu karena aku hanya tidur dan melakukan hal itu denganmu selama sebulan penuh. Bahkan kau adalah orang pertama yang berhasil menyentuhku"

"Hahaha, kau tidur dan melakukan itu denganku sebulan penuh tapi itu sudah beberapa bulan yang lalu. Dan aku sudah membebaskanmu hampir sebulan lebih lamanya. Sedangkan disurat yang aku baca usia kandunganmu baru berusia tiga minggu. Aku curiga jika kau tidur bersama lelaki yang tidak mau bertanggung jawab"

Deggg!

Aku menggeleng lemah.

"Aku sama sekali tidak pernah melakukannya selain denganmu"

"Oh ya? Apa kau bisa membuktikannya?"

"Aku memang tidak bisa membuktikannya, tapi ku bersumpah jika ini murni darah dagingmu"

"Aku tak percaya"

"Harus bagaimana lagi aku mengatakannya? Aku sudah bilang aku hanya melakukannya denganmu, bahkan kau orang yang telah merebut kegadisanku. Percayalah Jungkook, anak ini anakmu, dia darah dagingmu"

"Terserh, tapi aku tidak akan pernah bertanggung jawab! sekalipun kandunganmy itu murni darah dagingku"

"Tapi kau harus bertanggung jawab!"

"Yakk Jalang! Apa kau tak dengar jika Jungkook tidak mau bertanggung jawab? Kenapa kau sangat ngotot?  Sekarang aku mau, pergi dari rumah ini"

Aku menyeringai menatap wanita disebelah Jungkook.

"Siapa kau yang berani-beraninya memanggilku dengan sebutan Jalang huhhh?!"

"Aaaaa- jadi kau belum tahu diapa aku? Perkenalkan namaku Jung Eunha, aku calon istri Jungkook. Dan kau layak disebut Jalang karena hamil diluar pernikahan. Hahaha" dia tertawa diakhir kalimatnya.

"Kau dengar itu? Jadi sekarang pergilah dari rumahku atau aku tak segan-segan menyeretmu dari sini" ujar Jungkook.

"Kau harus ingat ini dengan baik, aku tak pernah sudi memiliki anak dari dirimu. Jangankan memiliki... mengakuinya sebagai anakku saja aku tidak sudi!  Karena kau itu kotor dan murahan, kau wanita hina, kau wanita tanpa harga diri serta martabat, kau hanyalah seorang kalang dan kau wanita brengsek!!"

Blarrrrr!

Bagai disambar petir aku tak oercaya dengan apa yang baru saja Jungkook ucapkan.

"Sekarang pergi dan enyahlah kau dari hidupku. Aku tak mau melihat wajahmu lagi! dan jika boleh aku sarankan, lebih baik kau gugurkan saja kandungan yang ada dirahim kotormu itu"

Aku mengepalkan tanganku seketika.

"Cuihhh!"

Aku berludah tepat diwajah Jungkook.

"Kau...."

"Aku akan mengingat penghinaan yang kau lakukan padaku. Hari ini... Sabtu malam, tanggal 23 February. Jam 19.25!  Kau Jeon Jungkook, mengatakan sendiri jika kau tak akan pernah bertanggung jawab atas kandungnku sekalipun ini murni darah dagingmu. Aku akan mengingat selalu semua hinaanmu padaku, dan aku akan mengingatkan mu diujung penyesalanmu nantinya!"

"Cuihhhhh!"

Aku kembali meludah tepat didepan wajahnya.

"TZUYUUUUU!"

"Dan perlu kau tahu, aku memang buruk tapi aku masih memiliki hati. Aku tidak akan pernah menggugurkan kandunganku sekalipun kau tak mau bertanggung jawab. Karena aku bisa merawat dan membesarkannya sendiri"

"Aku masih memiliki hati, walaupun aku hamil diluar pernikahan, tapi dia tetaplah anakku. Buah cinta dari seseorang yang aku cintai, dan harus kau ingat ini.. jangan pernah menyesali apapun yang kau lakukan hari ini!  Aku pamit, terimakasih atas semuanya. Dan untukmu, calon istri Jungkook.. tolong ajarkan dia cara bertanggung jawab sebagai seorang pria. Karena aku takut kau akan menjadi korban selanjutnya, korban setelah diriku!" Tambahku dengan senyum miring dan berlalu meninggalkan rumahnya.

"Pergi kau sejauh mungkin! Jangan pernah kembali ataupun meminta pertanggungjawaban ku!" teriak Jungkook.

Aku terus melangkah keluar dari rumahnya.

Aku belari sekencang-kencangnya, tak peduli dengan hujan deras yang mengguyur tubuhku. Tak peduli dengan air mata yang tak henti-hentinya menetes, tak peduli dengan hatiku yang terasa begitu sesak.

Aku terus berlari, berlari tak tentu arah. Tak peduli kemanapun kaki ini akan membawaku pergi.

Hingga aku berhenti dan terduduk lemas ditepi jalan yang sepi.

Aku terisak dibawah derasnya hujan yang turun dan menghapus semua air mata yang keluar dari mataku.

Sakit.

"Arghhhhhhh"

"Kenapa selalu aku yang kau sakiti Tuhan?"

"Kenapa selalu aku yang berada dalam situasi seperti ini?"

"Kenapa kau buat hidupku menderita?"

"Kenapa Tuhan Kenapa?!"

"Apa aku tak berhak bahagia?"

"Kenapa kau beri aku tanggung jawab yang besar seperti ini untukku? kenapa harus aku sendiri yang menanggung beban ini?!"

"Hiks hiks"

"Kau tidak adil Tuhan, kau tidak adil!!"

"Hikss, padahal aku selalu berdoa agar disetiap hari yang aku jalani akan baik-baik saja. Aku berdoa agar hidupku lebih baik, tapi apa yang aku dapat atas semua doaku ini? tidak ada! Hikss kau tidak adik Tuhan, kau tidak adil.. hiks hiks"

"Kau tidak adik Tuhan"

Aku menepuk-nepuk dadaku yang kian sesak, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti dan menyorot mataku. 

Samar-samar aku melihat seorang wanita keluar dari mobil itu.

"Juwi!"

Seketika aku terdiam mendengar teriakan yang menyerukan namaku itu.

Aku mengenal suara itu.

"Ibu?"
.

.

.

TBC.

P A I N •TzuKook (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang