11. Three Month

3.2K 343 103
                                    

Memasuki bulan ketiga usia kandunganku, membuatku sering sekali bangun ditengah malam maupun dini hari seperti sekarang.

01.12 KST.

Bayangkan saja aku terbangun dijam seperti itu hanya untuk memasak telur mata sapi setengah matang.

Ibu bilang jika aku tengah mengidam. Bersyukur karena kali ini aku hanya ingin makan telur mata sapi setengah matang, dan untungnya aku bisa membuatnya sendiri.

Tidak seperti saat mengidam kemarin, saat aku menginginkan kimchi dijam dua belas malam. Sampai-sampai ibu harus terbangun karena aku terus merengekek. Dan alhasil ibu keluar hanya untuk memebelinya.

Tapi masih ada yang lebih parah. Dimana aku sangat merindukan Jungkook dan sangat ingin menciumnya.

Padahal aku sangat membencinya, tapi karena bawaan hamil aku jadi lupa tentang kebencianku padanya dan memilih untuk memeluk dan mencium fotonya pada ponselku.

Menjijikkan--- tapi entahlah mengapa radanya semua rasa benci dan marahku hilang ketika melohat figura dirinya yang tersenyum. Apa mungkin ini karena efek mengidam?

Tapi jika boleh ujur---  aku selalu merindukan Jungkook. Sangat-sangat merindukannya.

Tiga bulan terakhir ini, aku tak bisa tidur dengan nyenyak, bahkan aku tak jarang aku akan terjaga ditengah malam. Bukan tanpa alasan--- entahlah, tapi pikiranku selalu terpenuhi oleh Jungkook.

Aku selalu bertanya-tanya.. apakah Jungkook sudah menikah sekarang? Pertanyaan itu sering kali terlintas di pikiranku.

"Nak.."

Sontak aku berbalik dan melohat ibu yang berjalan mendekat kearahku.

"Ibu..."

"Kau mengidam lagi sayang?"

"Iya bu"

"Kenapa tidak membangunkan ibu?" Tanya ibu yang mulai duduk disamping ku.

"Aku hanya ingin telur saja, tidak mungkin aku membangunkan ibu. Aku tahu ibu pasti lelah"

"Tidak apa, selama itu untuk cucuku apapun akan ibu lakukan"

Andaikan saja yang dihadapanku sekarang adalah Jungkook--- pasti aku akan sangat bahagia sekarang.

"Tidak apa bu aku bisa sendiri. Tapi, kenapa ibu terbagun?"

"Ibu tadi mendengar suara berisik mungkin saat kau menggoreng jadi ibu bangun, tapi tadi ibu tidak langsung kesini"

"Ahh mian"

"Tadi ibu melihatmu melamun. Ada yang kau pikirkan sayang?"

"Ahh aniya"

"Tak usah berbohong, ibu tahu ada sesuatu yang kau pikirkan"

Aku tersenyum tipis.

"Aku hanya sedang memikirkan Jungkook"

"Kau memikirkannya lagi sayang?"

Aku mengangguk lemah.

"Berhenti memikirkannya jika itu hanya menyakitimu. Ibu tahu itu berat untukmu. Tapi cobalah untuk mengerti keadaanmu saat ini nak. Dia saja tidak peduli denganmu. Kau memikirkannya setiap hari bahkan setiap saat, tapi apa dia memikirkanmu? Ibu bahkan sering melihatmu tidak tidur dengan teratur setiap malam. Bahkan kau sering bangun dengan mata sebam. Jangan seperti nak, kau tidak boleh larut dalam kesedihan mu. Ingat kau memiliki tanggung jawab yang besar saat ini, berhenti memikirkan Jungkook dan mulailah memikirkan tentang kandungan dan masa depanmu. Ibu tidak mau kau terus larut dalam masa lalumu dan tidak menata masa depanmu. Ibu ingin kau mendapat yang terbaik nak"

Aku menangis. Menangis mendengar ucapan ibu! Semua yang ibu katakan benar. Aku terlalu larut dalam memilirkan Jungkook hingga lupa akan semuanya.

Aku bangkit dan memeluk ibu. Menangis dalam pelukannya. Sakit!

"Ibu kenapa hidupku seperti ini?"

"Kenapa aku tak bisa bahagia seperti yang lain ibu?"

"Kenapa harus aku yang menanggung beban ini sendiri?"

"Apa dosaku dimasa lalu begitu besar sehingga aku harus membayar mahal semuanya bu? Kenapa bu kenapa?"

Aku terisak, dalam pelukan ibu.

"Nak kau tak sendiri, masih ada ibu. Ibu akan selalu bersamamu. Bersabarlah, kau putri ibu yang kuat. Jika kau menangis seperti ini maka bayi dalam kandunganmu akan ikut menangis"

"Ibu... Hikss"

"Kau kuat sayang"

"Hikss. Aku membenci Jungkook bu. Aku sangat membencinya"

***


Jungkook Pov.

"Eughhhh" aku mendesah dan menggeliat kecil.

Lelah...

Itulah yang aku rasakan pagi ini...

Rasanya tulangku remuk semua, mengingat kejadian panas kemarin malam.

Dimana aku dan Eunha melalukan malam pertama yang suami dan istri lakukan.

Malam pertama? Iya malam pertama setelah acara pernikahan kami.

Of Course! Aku dan Eunha sudah sah menjadi sepasang suami istri saat mengucapkan sumpah dan janji kemarin. Yang dihadiri banyak undangan para kerabat dan teman dekat.

Jujur saja, aku tak suka!

Tak suka dengan pernikahan ini. Karena aku tak mencintainya. Lebih tepatnya aku hanya mengaguminya, mengaguminya diawal pertemuan kami.

Hanya mengagumi dan tidak mencintai.

Jujur aku juga sedikit menyesal dengan penikahan ini. Tapi aku sudah terlanjur terjebak, terjebak dalam permainanku sendiri.

Dimana aku hanya ingin menjadikannya sebuah pelampiasan ku saja, tapi karena kebodohan ku aku harus bertanggung jawab dengan ulahku sendiri.

Dia hamil dan an aku harus bertanggung jawab.

Dia sudah terlanjur mengatakan tentang kehamilannya dengan orangtuaku, jadi mau tidak mau aku harus menikah dengannya.

Dan jadilah seperti ini.

Aku menikah dan bertanggung jawab dengan wanita yang tidak aku cintai tapi dengan wanita yang aku kagumi.

Sementara...

Aku membuang wanita yang aku cintai dengan keadaannya yang tengah hamil anakku.

Aku bodoh.

Tapi semua sudah terjadi. Aku yakin dia sudah menggugurkan kandungannya. Karena tidak mungkin dia mempertahankan kandungnnya itu dalam keadaannya yang hanya hidup sebatang kara.

Terlebih--- aku percaya dia masih punya malu.

Dan aku berharap, dimanapun dia sekarang, semoga dia dalam keadaan baik-baik saja.

Maafkan aku dan kebodohanku.

.

.

.

TBC.

P A I N •TzuKook (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang