How If ...
Gebetan kamu ternyata gebetan anak simpenan Papah kamu juga?
Masa putih abu yang dimulai seperti kertas putih berubah menjadi kertas yang penuh coretan yang membuat kertas itu lebih berwarna.
Dunia yang awalnya hanya memiliki opsi untuk m...
Sesudah dari apartemen milik Agil tadi, Vanessa diantarkan oleh Agil kembali ke sekolah. Seraya menenteng helm juga tas miliknya, Vanessa melihat Salman masih ada di motornya, masih setia menunggu kedatangannya.
Vanessa melihat Agil dengan tatapan sangat berterima kasih sekaligus merasa bersalah karena harus meninggalkannya "Agil makasih banget yaa...maaf banget Eca harus ke sana, Opa yang nyuruh," pamit Vanessa.
Sementara Agil tersenyum hampa, terlihat pancaran tatapan nanar selagi melihat punggung Vanessa berlalu semakin menjauh, ia terus menatap Vanessa yang menghampiri Salman semakin menjauh darinya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.
Pada akhirnya, tidak ada yang bisa Agil lakukan. Sekarang Agil hanya bisa melepaskan Vanessa dengan senyum lega. Setidaknya Agil berhasil membuat Vanessa bercerita, hal yang paling sulit Vanessa lakukan. Agil juga pergi ke kelasnnya untuk mengambil tas dan melepaskan pujaan hatinya pada Salman.
"Kak ngapain sih masih di sinii?! Mana siniin tas Sasa!" kesal Vanessa saat melihat Salman berdiam diri di bawah terik matahari.
"Nunggunya di tempat yang nggak panas kan bisaaa..."
Salman memakaikan helm pada Vanessa yang masih ngoceh di tempat, "Udah aman. Cepet naik ah. Kali ini nggak boleh protes, nggak boleh banyak nolak loh yaaa!"
Vanessa bergeming, Vanessa masih diam berdiri di tempatnya. "Cepet Vanessa hargain Salman yang udah dari tadi nunggu kamu di sini panas!!"
"Iya iyaa lagian siapa juga yang nyuruh!"
Vanessa dan Salman pergi ke mall membeli makanan dan barang yang mungkin Vanessa butuhkan.