Assalamu'alaikum!
Alhamdulillah setelah dapat hidayah, cerita ini bisa dipublish ulang dan dibaca oleh semua orang.
Selamat membaca, ya!
****
Perempuan dengan balutan khimar di kepalanya belum berhenti menjenjangkan leher. Matanya menulusur kian kemari. Mencari seseorang yang ia harapkan akan segera ditemui.
Keramaian Bandara masih mencuat meski 15 menit waktu tibanya telah berlalu. Koper besar dan tas gendong hitam terlihat bak beban yang memberatkan punggungnya. Ia mendesis. Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan. "Katanya kakak mau jemput. Pft, kebiasaan ngaret deh!" Saat matanya berkelana sekali lagi, di kejauhan ia melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi yang wajahnya tertutup topi. Laki-laki itu memegang name tag besar bertuliskan, 'Jasa jemput adik jelek, Alesya Zulfainer.' Tanpa sadar ada senyum yang menghias wajahnya setelah membaca tulisan tersebut. Alesya segera menarik kopernya menuju laki-laki itu berada.
"Hosh ... hosh ... KAKAK! INI ALESYA!" pekiknya agak kencang sambil masih mengatur napas.
Laki-laki tadi mengangkat topinya tinggi-tinggi. Ia memperhatikan Alesya dari bawah hingga atas. "Daebak! Uri Alesya nomu yeppona! [Luar biasa! Alesyaku sangat cantik!]" katanya sambil membuka mulut lebar-lebar.
Alesya yang tidak mengerti bahasa Korea hanya bisa mengernyitkan alisnya dengan bingung. "Hallo kak? Kakak nggak kasihan sama aku nih? Ini barang-barangku banyak banget lho kak." Alesya mengarahkan bola matanya pada koper yang ia bawa.
Tanpa lama, kakaknya segera mengambil alih koper itu. "Mian, [Maaf,]" cengirnya.
Alesya menggaruk kepala. "Kak, jangan buat Alesya kelihatan bodoh dong. Beneran deh, Alesya nggak ngerti kakak ngomong apa dari tadi," dumal Alesya gemas.
Kakaknya terkekeh mendengar ucapan sang adik, ia mengusap pelan kepala adiknya. "Kamu ini dek ... itu bahasa Korea paling gampang juga. Nggak pernah nonton film ya kamu?" Diakhiri colekan jahil pada hidung Alesya yang mancung.
Alesya mengusap pangkal hidungnya. "Memang enggak kak. Lagian aku nggak suka film Korea."
"Baguslah, lebih baik gitu. Ayo berangkat!" Kakak Alesya, Alif namanya. Berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan keluar.
Alesya menarik napas dalam-dalam. Ia menguatkan dirinya agar betah tinggal di sini. Selama ini Alesya adalah tipe orang yang tidak betah-an. Tiga hari di rumah tantenya saja bagaikan tiga bulan lamanya menurut Alesya. Lalu bagaimana dengan satu tahun yang akan ia jalani mulai dari hari ini? Alesya berharap ia bisa betah. Do'anya dalam hati sebelum mengayunkan kaki mengejar langkah Alif.
****
"Ini kamar Kakak, ini kamar kamu." Alif menunjuk pintu kamar yang posisinya bersebelahan. Rumah yang bisa dibilang sederhana itu hanya memiliki lima ruangan. dua untuk kamar, satu ruang tengah yang tidak begitu besar, satu kamar mandi dan satu lagi adalah ruang dapur yang Alesya yakini, tak pernah terjamah oleh sang kakak. Lihat saja, sejak Alesya mengecek dapurnya, sarang laba-laba sampai bisa membentuk istana di sana.
"Dan ini kunci kamar kamu dek." Alif mengepalkan kunci tersebut ke tangan Alesya.
Alesya menerima sambil menyeletuk, "Kaka tuh, nggak di rumah atau di sini, masih aja sifat joroknya belum hilang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Khimar Fillah✔
Spiritual[SELESAI!] *** SINOPSIS | Khimar Fillah Islam itu adanya di Indonesia. Tapi cahayanya ada di Korea. Kok bisa, ya? Alesya Zulfainer, remaja muslim yang terpaksa pindah ke Korea karena tuntutan pendidikannya. Ia hanya perempuan biasa yang berusaha ta...