[4]-Buku yang Kelam

517 108 38
                                    

***

"K ... kay?!" Baek Jeha tergagap di tempatnya berdiri. Shock luar biasa saat menemukan Kay tengah berdiri sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Saat Kay berjalan dengan gerak slow motion, muncul Minho yang menyusul dari belakang lalu teman-teman Kay yang lain. Yang jumlahnya terhitung tidak sedikit.

"Daebak! [Luar biasa!]" Hansi menggigit kuku jarinya lumayan kencang. Menurutnya kondisi sekarang bukan hal yang pantas untuk merasa ketakutan. Ia justru terpana dengan sekumpulan laki-laki itu.

"Jeha ... apakah kita tidak lebih baik pergi saja?"

"Hm aku ... sedikit takut,"

Teman-teman Baek Jeha bersahutan ingin segera pergi. Membuat Baek Jeha mendelik kesal karena mereka masih belum berhenti menarik-narik seragamnya.

"Ini adalah peringatan." Kay berjalan ke arah Baek Jeha. Teman-teman Baek Jeha yang lain langsung menundukkan kepalanya. Memilih menatap lantai daripada harus bertatap muka dengan tatapan tidak mengenakkan yang terpaut di wajah Kay.

Kay naik pitam, amarahnya meluap naik begitu ia mencari Alesya ke kelasnya dan mendapati cerita dari teman sekelasnya tentang insiden yang terjadi pagi tadi. Karenanya Alesya belum kembali ke kelas semenjak jam pertama dimulai dan semua kejadian itu adalah ulah Baek Jeha dengan teman-temannya. Tanpa pikir dua kali, Kay segera menggerakkan teman-temannya yang lain untuk mengerjai A-pink. Selayaknya perbuatan mereka yang tidak selaras.

Kay bersedekap dada sebelum kembali berucap, "Untuk siapa pun yang berani mengganggu Alesya maka dia akan berhadapan langsung denganku. Kekacauan dibalas dengan kekacauan. Ingat, aku tidak memandang lawan jenis untuk bermain-main!" sengaja Kay menekankan kalimatnya ketika mengucap 'bermain-main' peringatannya cukup membuat perempuan yang lain menciut takut.

Namun berbeda dengan Baek Jeha. Baek Jeha justru mengambil langkah maju sehingga mengikis jaraknya antara ia dengan Kay. Posisinya yang amat dekat memudahkan hidungnya menghirup aroma maskulin dari tubuh Kay. "Begitukah caramu mengancam?"

Kay diam mematung selama Baek Jeha mengusap keningnya.

"Apa yang membuatmu seperti ini?"

Kay menepis dengan kasar. "Jangan ganggu Alesya!"

"Ck! Memangnya dia siapa? Kenapa kamu sangat membela perempuan sialan itu?" Baek Jeha berniat mengusap kening Kay lagi, namun kali ini Kay bergerak cepat untuk menghindar.

"Bagiku dia berharga."

Baek Jeha terkekeh. "Oh ya? Tapi sayangnya ... dia mainanku. Bukan mainanmu. Mainan yang dipinjam bukan berarti bisa dimiliki. Kamu harus mengembalikan kepada pemiliknya." senyum licik tersungging dari mulut Baek Jeha. Selama ini tidak ada yang pernah melawan perintahnya. Tidak satu pun. Kecuali laki-laki ini. Orang yang ia sukai, ternyata lebih menyukai perempuan lain yang merupakan mainannya.

"Kubilang berhenti mengganggu Alesya!" suara Kay bergetar hebat karena marah.

Baek Jeha tidak kalut sedikit pun. Melihat Kay yang bertingkah seperti ini membuatnya ingin segera bermain-main dengan Alesya. "Kita lihat saja nanti. Semoga saja aku cukup merasa bosan bermain-main dengannya. Tapi sepertinya ... itu hanya spekulasi yang kamu harapkan, Kay."

Kay mengepalkan tangannya. Langkahnya semakin maju, kemudian mencondongkan tubuhnya semakin dekat dengan wajah Baek Jeha. Hanya beberapa centi saja, kening mereka hampir bersentuhan. "Kau tahu? Aku tidak suka perempuan licik dan kejam sepertimu!"

GLEK ....

Baek Jeha menelan ludahnya susah payah. Suasana yang hening seolah mendukung Kay untuk menyudutkannya. Baek Jeha sudah berdiri sedekat ini dengan laki-laki yang ia sukai. Namun laki-laki ini baru saja menjatuhkannya. Jatuh sedalam-dalamnya.

Khimar Fillah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang