[2]-Alesya di mata Kay

737 161 97
                                    

Lele.

Lele

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kay.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

[Khairunnas anfauhum linnas : Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi sesamanya.]

****

"Boleh aku pinjam?"

"Mwo? [Apa?]" Baek Jeha bertanya dengan nada tidak santai. Tercengang bukan main. Sama seperti teman-temannya yang bisa dipastikan belum mau mengatupkan mulutnya.

Kay berdecih pelan. "Perlu kuulangi?" Karena pembawaannya yang begitu santai dan sekaligus menghunus, Baek Jeha hanya mampu menganggukkan kepalanya dengan pelan.

Saat itulah kay masuk ke dalam kelasnya. Perlu digaris bawahi bahwa laki-laki se-populer Kay datang ke kelasnya bukan untuk mencarinya melainkan untuk menemui perempuan antah-berantah yang berpenutup kepala itu.

Baek Jeha memicingkan matanya, rasa kesalnya semakin menjadi-jadi. "Ayo pulang! Kita sudah selesai. Besok, kupastikan hidup Alesya tak akan tenang." Ia berlalu, melenggang dengan langkah lebar yang kemudian diikuti oleh teman-temannya dari belakang.

****

CEKLEK ....

Alesya memutar lehernya saat sepasang telinganya menangkap sebuah suara. Air wajahnya terlihat kebingungan. Pintu kelasnya terbuka tetapi tidak ada seseorang di sana. Mungkin telinganya salah menangkap suara. Jadi, ia putuskan untuk mengepel lantai lagi.

"Yak! [Hei!]"

"Astagfirullahaladziim." Alesya menjatuhkan pel-annya hingga menghasilkan dentuman nyaring. Ia sangat terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul di dekat telinganya. "Kamu? Siapa kamu?!" Alesya buru-buru meraih pel-an itu dan menuding seorang laki-laki di depannya dengan kain pel.

"Ow ... perempuan ganas." Kay menepis kain pel itu yang hampir saja mengenai wajah tampannya. Butuh waktu dan uang yang tidak sedikit untuk merawat wajahnya ini. Untung saja gerakkannya tidak lambat.

"Kamu ngapain ke sini?!" Alesya kembali berteriak dengan kencang seolah Kay berada 15 meter di depannya.

Mula-mula Kay diam karena untaian pemikiran di kepalanya. Bukan karena perempuan di depannya berbicara aneh menggunakan bahasa negaranya, tetapi karena reaksi perempuan itu.

Khimar Fillah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang