Kay dan Harley bekerja sama untuk mendorong lemari besar, memindahkan benda tersebut ke sudut ruangan. Agar terlihat rapi. Saat lemari itu sudah berada di posisi barunya, giliran Alesya yang membersihkan 'isi' di dalamnya.
KRIEEET ....
Debu-debu kotor pertama kali menyapa wajah Alesya. Tapi Alesya tidak terbatuk karena ia masih menjadikan kain khimar-nya seperti masker. Mata Alesya mengendar, tangannya mulai mengambil barang-barang yang ada di dalam sana. Sesaat matanya terfokus pada satu titik.
Album foto?
Alesya mengamati album foto di tangannya. Tidak menaruhnya di kardus besar yang ia siapkan. Dengan perlahan tangannya bergerak, membuka setiap lembar album foto tersebut.
Di dalam foto itu, Alesya melihat seorang laki-laki sedang duduk merangkul seorang perempuan yang ... tidak ber-khimar. Keduanya tersenyum ke arah kamera. Meski sedikit usang, tapi mata Alesya tidak salah menilai kalau perempuan di foto ini ... sangatlah cantik.
Foto-foto berikutnya masih sama. Hanya laki-laki dan perempuan tadi namun dengan tempat yang berbeda. Sampai kemudian ... ada anak kecil, laki-laki, mengenakan syal hitam tebal tengah tersenyum sembari memeluk boneka beruang cokelat yang menutupi hampir sebagian tubuhnya. Karena ukuran bonekanya jauh lebih besar dari anak laki-laki itu. Tanpa sadar, sudut-sudut bibir Alesya tertarik menghasilkan sebuah senyuman. Ia yakin, anak laki-laki ini adalah Kay. Mata dan hidungnya sangat mirip. Telunjuk Alesya mengusap wajah anak kecil itu. Lucu. Ternyata waktu kecil, Kay memiliki pipi yang chubby.
Ketika Alesya membuka lembar berikutnya dari album foto itu, bola matanya membesar, menemukan foto perempuan yang tadi selalu ia lihat, kini, mengenakan khimar. Pakaiannya pun tertutup. Perempuan itu tersenyum sembari memangku Kay di atas pangkuannya. Namun tidak ada laki-laki yang biasanya duduk di sebelah perempuan itu.
Alesya menggerakkan tangannya lagi. Tapi ia tidak menemukan apa-apa. Habis. Foto yang tadi adalah foto yang terakhir. Alesya menoleh untuk melihat Kay.
Kay dan Harley tengah menggotong meja.
Alesya urung untuk menanyakan perihal foto yang ia lihat. Alesya tidak mau mengganggu mereka. Jadi, ia pun melanjutkan kegiatannya lagi. Mengaduk isi lemari. Membereskan barang-barang di dalamnya.
"History Prophet Muhammad SAW .... " Alesya bergumam saat membaca judul buku yang ia temukan. Oh, tidak hanya satu! Ada lagi buku yang lain.
"Golden Age or Dark Age, 25 Prophet, Makkah and Madinah, Moslem Hijrah, Fatimah Az-zahra, Shalat Sunnah—KAY!" Alesya berputar, mengayunkan kakinya menghampiri Kay. Yang sekarang berdiri dengan napas tersengal karena lelah.
Sementara Harley sudah duduk di kursi kayu yang terdapat di ruangan ini. Alesya membawa satu buku. Sejarah hidup Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Inggris. "Kamu punya banyak koleksi buku tentang Islam tapi enggak pernah di baca?" Alesya bertanya, tangannya memperlihatkan buku tebal yang ia angkat ke udara. "Ini, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Kayaknya bahasa Inggris lebih mudah buat kamu daripada bahasa Indonesia. Iya, kan? Aku boleh menagih kembali buku sejarah yang pernah aku pinjamkan ke kamu?" Alesya memberikan buku tebal itu dengan menaruhnya asal di tangan Kay yang menyangga. Membuat Kay yang belum siap memegang benda berat agak sempoyongan. Efek terlalu lelah.
Kay menatap buku di pangkuannya. "Ah, tapi Alesya, kamu tahu? Aku pernah bilang kalau aku tidak suka membaca. Jadi percuma, mau kamu kasih dalam bahasa Korea pun, aku malas membaca buku tebal yang mirip rentetan semut hitam ini!" ucap Kay menolak terang-terangan. Segera disimpannya buku tebal tersebut ke atas meja. Alesya tidak kehabisan cara, perempuan itu berjalan mondar-mandir di depan Kay dan Harley.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khimar Fillah✔
Духовные[SELESAI!] *** SINOPSIS | Khimar Fillah Islam itu adanya di Indonesia. Tapi cahayanya ada di Korea. Kok bisa, ya? Alesya Zulfainer, remaja muslim yang terpaksa pindah ke Korea karena tuntutan pendidikannya. Ia hanya perempuan biasa yang berusaha ta...