Alesya duduk berhadap-hadapan dengan Harley. Sementara di sebelahnya ada Boona yang sibuk menguyah kimchi. Makanan khas Korea yang difermentasikan dan katanya ... rasanya enak.
Alesya tidak bisa dan tidak mau merasakan makanan campuran dari berbagai sayuran itu. Alesya menjatuhkan tatapannya pada makanan yang ia pesan. Samyang. Alesya tidak punya pilihan lain selain samyang karena makanan di kantin nyaris habis diserbu murid-murid yang lain. Saat lidahnya mencecap makanan tersebut, mengoyak dengan giginya yang normal. Alesya tidak merasa 'wah' atau terkejut karena rasanya tidak jauh berbeda dengan mie yang sering ia makan.
"Kau tidak mau?" Boona mengarahkan sumpit berisi kimchi ke arah Harley secara tiba-tiba hingga Harley memundurkan kepalanya ke belakang. Menggeleng seraya menepis-nepis tangannya.
"Kenapa?" Boona cemberut. Menyuapkan kimchi tadi ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan gigitan yang kencang.
"Harley sedang berpuasa. Jadi dia tidak makan," Alesya mengusap sudut bibirnya dengan tisyu. Ucapannya barusan jelas-jelas tertuju untuk Boona.
"Puasa? Puasa itu apa?"Alis Boona mengernyit. Menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap kimchi lagi.
Di sudut tempat Harley duduk, ia terkekeh sambil memandang Alesya.
Alesya berusaha tersenyum. Wajar kalau Boona tidak tahu. "Puasa itu salah satu ibadah dalam agama kami, dimana kami dilarang makan dan minum sebelum adzan maghrib. Kamu pasti bingung. Mudahnya gini, kita baru boleh makan dan minum sesuai aturan waktu. Kalau belum mencapai waktunya, dilarang makan atau minum apa pun," papar Alesya.
Boona meraih gelas berisi jus jeruk, menyeruputnya hingga menyisakan setengah gelas. "Lalu, apa fungsinya kalian berpuasa?" tanya Boona.
"Selain untuk mencapai kedekatan dengan Allah, Tuhan kami, puasa dapat melatih kami bersimpati pada orang-orang yang kurang beruntung. Dan juga, melatih mengendalikan hawanafsu. Agar tidak berbuat negatif tanpa dipikir terlebih dahulu," kali ini giliran Harley yang menjawab.
Meski sebenarnya yang mampu dicerna otak Boona hanya sedikit. Tapi ia menganggukkan kepalanya. "Arraseo!"
Masih di tempat yang sama, kantin sekolah, namun di meja yang berbeda. Dan jelas jaraknya terpaut jauh dengan meja Alesya, Boona, dan Harley. Kumpulan laki-laki baru saja menyambut kedatangan Kay. Mereka menarik pangkal lengan Kay. Membawa Kay untuk duduk di salah satu kursi yang menjadi tempat berkumpul mereka.
Kay menepis pelan sebuah tangan yang menuntunnya. Ia bisa duduk sendiri. Tatapan penuh kehati-hatiannya ia beri pada—Soo Hyun—teman lama Kay yang tempo lalu sempat menerima bogeman keras darinya. Saat Soo Hyun dan yang lain, termasuk Minho memukuli Harley di aula.
"Ayolah jangan kasar begitu Kay, kami masih temanmu, kan?" kata Soo Hyun. Suaranya dibuat ramah dan seolah bersahabat agar Kay tidak kabur dari tempat duduknya.
"Kalian mau apa?" Kay ingin pergi. Benar-benar ingin pergi. Ia tahu, ia sadar, sedari tadi Minho dan yang lain melempar tatapan skeptis ke arahnya. Menilai gerak-gerik yang Kay lakukan. Membuat Kay merasa risi. Gatal. Ingin segera menghadiahi wajah-wajah sialan itu dengan pukulan tangan yang sudah mengepal di sisi tubuhnya.
"Ssh ... santai Kay!" satu tangan dari arah samping menepuk-nepuk bahu Kay.
"Harusnya kau berterima kasih karena berkatku kau diundang untuk bergabung lagi," ujar Minho.
"Aku tidak mau berterima kasih dan aku tidak butuh belas kasihan darimu!" Kay menekan setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.
Namun mendengar hal itu, tidak membuat Minho gentar. "Kau lebih keras kepala setelah berteman dengan mereka, ya?" Minho memberi kode pada temannya. Tidak lama sebuah minuman tersodor ke arah Kay. "Minum dulu. Emosimu sedang tidak membaik sepertinya." Minho mengedikkan dagunya seraya tersenyum miring. "Malam nanti kau akan hadir?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Khimar Fillah✔
Spirituelles[SELESAI!] *** SINOPSIS | Khimar Fillah Islam itu adanya di Indonesia. Tapi cahayanya ada di Korea. Kok bisa, ya? Alesya Zulfainer, remaja muslim yang terpaksa pindah ke Korea karena tuntutan pendidikannya. Ia hanya perempuan biasa yang berusaha ta...