[12]-Menyelam Tanpa Oksigen

260 50 8
                                    

Kay terbangun dari tidurnya yang masih lelap. Merasakan ada cahaya yang memaksa masuk ke dalam indra penglihatannya. Dengan kondisi setengah merem-melek, ia mendapati gordyn-nya sudah terbuka. Tapi oleh siapa? Kay mengucek pelan kelopak matanya. Mencoba menyesuaikan pandangan dengan atmosfer kamar ini.

"Selamat Pagi!" Suara cempreng milik seorang perempuan yang tidak enak di dengar menyapa gendang telinga Kay.

Kay belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa. Sesekali menutup mulutnya yang terus menguap karena mengantuk. Semalaman ia menangis setelah diantar Alesya pulang. Harusnya Kay yang mengantar Alesya pulang bukan dirinya yang malah diantar Alesya.

"Kay! Mata kamu kenapa?"

"Jeee—HA! Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?!" Kesadaran Kay sepenuhnya pulih. Ia langsung bangkit dari tidurnya, terduduk dengan wajah shock.

Sementara Baek Jeha memilin-milin rambutnya sambil tertawa genit. "Jangan kaget begitu, Kay. Aku tentu saja bisa masuk ke kamarmu. Appa-mu sendiri mengizinkan!"

Kay menggeleng kuat. "Tapi dari mana kau tahu alamat rumahku?"

Baek Jeha terkikik, mengeluarkan secarik kertas lipat dari saku seragamnya. "Ini?"

Kay dapat melihat dengan jelas kertas yang—diberikan olehnya pada Alesya—sudah lama, sebelum Alesya berkunjung ke rumahnya.

"Tapi bagaima—"

"Shutt!" Baek Jeha mengambil langkah maju kemudian duduk di samping Kay.

Perempuan tidak waras itu—menurut Kay—hendak menggapai rambutnya namun dengan cepat Kay menghindar. "Mau apa?!"

"Aih, jahat sekali," Baek Jeha mengerucutkan bibirnya.

"Sore kemarin kamu ke mana? Aku main tapi kamu tidak ada. Hanya ada Appa-mu yang di rumah ...." gerutu Baek Jeha lebih terdengar seperti pengaduan namun Kay bersumpah sama sekali ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh perempuan ini.

"Mau aku pergi ke mana, bukan urusanmu!"

"Tentu saja urusanku!" gertak Baek Jeha. Sesaat menyapu pandangan ke setiap sudut kamar Kay. Matanya mengerling dengan mulut setengah menganga. "Wah ... ternyata kamarmu bagus sekali. Aku suka warna Abu. Kita punya selera warna yang sama Kay!"

"Keluar!"

Mata Baek Jeha memicing."Aku baru saja sampai."

"Keluar!"

"Ayolah Kay ...."

"KUBILANG KELUAR!!"

Baek Jeha terperanjat mendengar teriakkan keras dari Kay yang ditujukan untuknya. Kay benar-benar marah. Bola mata hitamnya menatap lurus, menusuk bola mata Baek Jeha yang merepet ketakutan. Dengan segera Baek Jeha menjauh dari kasur Kay, mengangkat kaki mulusnya dari kamar laki-laki ini tidak lupa sebelum pergi tangannya menghempas pintu kamar Kay dengan kencang. Menyebabkan bunyi yang begitu nyaring serta baju yang tersampir di belakang pintu kamar Kay berjatuhan.

"Perempuan gila," desis Kay memijat keningnya sambil lalu.

***

Kesialan pertamanya adalah ketika membuka mata di pagi hari dan menemukan Baek Jeha di kamarnya.

Kesialan kedua, ketika mencuci muka, Kay baru sadar kalau matanya menyipit akibat menangis semalaman. Menyebabkan ia harus ke sekolah dengan sebatang kacamata hitam yang kini bertengger apik di antara kedua pangkal telinganya.

Kesialan ketiga, ia diejek gila oleh Minho karena saat cuaca yang begitu panas Kay malah menggunakan kacamata hitam. Belum lagi, Alesya, yang terus memaksanya untuk melepas kacamata hitam itu.

Khimar Fillah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang