Helaian helaian takdir di hidup kita semuanya telah tertulis di lauhul mahfudz, Takdir Allah adalah takdir yang terindah...
"Apa kontraksinya semakin parah?" tanya rian was-was. Aqila tak menjawab, ia sibuk mengatur napasnya. Keringat dingin berjatuhan di keningnya yang pucat.
Cepat-cepat rian papah Aqila kembali menuju Vila. Dinginnya malam mengutuk mereka dan membuat perjalanan yang harusnya singkat itu terasa berat. Jika saat berangkat mereka hanya butuh 5 menit, maka untuk kembali ke vila, mereka menghabiskan sekitar 15 menit, sebab Aqila terus menerus meminta berhenti setiap kali kontraksi menekan pinggulnya.
"A Rian akan mengatakan pada Fajar jika kita kembali ke Jakarta malam ini juga," ucap rian seraya membantu Aqila berbaring di dalam kamar
"Tidak perlu, sakitnya sudah menghilang," cegah Aqila. Ia menahan tangan rian agar tak beranjak dari sisinya.
"Dalam sehari ini A rian melihat dek Qila meringis kesakitan sebanyak lima kali, dan A rian rasa waktunya semakin dekat," ujar rian bersikeras. Entah apa yang lucu, Aqila malah tersenyum. Aqila menarik tangan rian, membuat rian mau tak mau berbaring di sisinya.
"Seperti ini, rasanya lebih baik seperti ini," ucap Aqila seraya merapatkan diri ke rian.
Rian merasakan desah napasnya Aqila menggantung di leher nya."Kita harus kembali ke tempat ini lagi saat Dek qila sudah melahirkan," bisik rian tanpa sadar.
"Berdua?" Aqila melirik.
"Terlalu beresiko membawa jagoan kita naik bukit"
Fajar menelepon 30 menit lalu, dia bilang akan makan di kedai-kedai yang berjejer tak jauh dari tepian laut itu, dia juga bertanya, apa kami ingin ikut bergabung atau dibawakan makanan saja. Aqila yang bosan membujuk rian untuk bergabung saja. Aqila juga menyakinkan rian jika perutnya hanya mengalami kontraksi palsu seperti apa yang sempat diperingatkan Dokter.
Rian sebenarnya tahu itu semua, tapi wajahnya yang memucat kesakitan tiap kali kontraksi datang membuat rian tak tega, sayangnya karena Aqila merengek dan kebetulan mereka juga lapar, maka rian tak punya pilihan lain selain menggandeng tangannya menuju festival kuliner yang terhampar penuh warna nan menggugah selera itu.
"Duduklah di sini dulu, A rian akan mencari di mana mereka!" perintah rian pada Aqila.
Rian meninggalkan Aqila di sebuah bangku, di salah satu sudut tempat itu. Dan Rian mencoba menelepon Fajar dan Harsi tapi alih-alih tersambung, hanya nada tunggu yang Rian dengar berulang kali. Rian masih berusaha mencari dengan lebih jeli saat seseorang menepuk punggung nya dan tiba-tiba memeluk rian erat. Suaranya familiar dan caranya tertawa itu mengingatkanku pada
"Sirli ? " Bentak rian meskipun mereka sudah baik baik saja, Sikap sirli masih tetap aja seperti itu. Sirli pun melepaskan pelukannya dan memamerkan sederet gigi putihnya.
"Akhirnya kita bisa ketemu " soraknya kegirangan sendiri.
" lo ngapain di sini?" tanya rian spontan.
"Seperti biasa. Bekerja dan menikmati hidup! Hehehe...." Jawabnya.
Seorang laki laki yang juga Rian kenal berlari mendekati mereka
"Ngapain lo disini nas ? Jangan bilang kalau kalian ? "
Mereka berdua mengangguk
.
"Wah, ini keren! Bagaimana bisa kita semua ngumpul di sini!" seru kenas senang.
Mereka duduk bersama melingkari meja.
Ada rian, Aqila, kenas, sirli, Fajar, dan juga Harsi. kenas memesan banyak makanan, yang pada akhirnya nampak seperti sebuah pesta perayaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dari Surga (COMPLETE)
Fiksi PenggemarCinta adalah doa, yang dipanjatkan oleh rindu, dan di Aminkan oleh Waktu...