09.

3.1K 117 3
                                    

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui " (QS Al-Baqarah: 216)

_

Zahra menduduki sofa yang terletak di ruang tamu rumahnya, meletakkan tas tangan berwarna merah darah ke atas meja kaca yang ada di depannya. Dia membaringkan kepalanya. Bangkit sebentar untuk mengambil remote AC dan menyetelnya. Kemudian Zahra membaringkan seluruh tubuhnya, merilekskan otot otot kaki nya.

Tak lama, Ira datang dan menyuruh Zahra untuk duduk kembali karna ada yang ingin ia sampaikan.

"Jangan tidur dulu sayang, bunda mau ngomong"

"Ya Allah, bun. Zahra capek, nanti aja ngomongnya" ucap Zahra manja

"Ini penting"

"Sepenting apa sih bunda, udah ngomong aja"

"Besok ada tamu yang mau datang menemui kamu"

"Siapa?"

"Calon suami kamu"

Zahra bangkit dari posisinya nyaman nya, rasa kantuknya seketika hilang. Bundanya jarang sekali bercanda, apalagi nada bicaranya begitu serius dari biasanya.

"Calon suami? Iqbal"

"Ehh ngarep kamu, sejak kapan Iqbal suka sama kamu"

Kreeekk.

Hati Zahra seakan robek mendengar ucapan sang bunda yang begitu menyakitkan. Nadanya memang bercanda, tapi kenapa begitu menusuk hatinya?

"Bunda kok gitu sih" Zahra berusaha bertingkah biasa biasa saja

"Zah, bunda tau, kamu suka sama Iqbal, bahkan kamu cinta sama dia, gak salah, Iqbal anak baik, keluarganya juga baik, tapi dia tidak pernah mencintai kamu zah, dan bunda gak mau kamu terus terusan berharap sama laki laki itu. Kayak kamu gak laku aja"

"Bun, tapi siapa yang bisa disalahkan? Bukannya cinta itu anugerah? Anugerah yang datang dari Allah? Kita harus mensyukurinya, kan?"

"Pokoknya besok bunda akan kenalin kamu sama seseorang yang siap menikahi kamu. Kalau Iqbal memang mencintai kamu, suruh dia datang ke rumah menemui Abhi dan bunda." Ira berbicara dengan nada serius

"Bun, ini gak adil buat Zahra, Zahra gak mau di jodohin sama siapapun!" Zahra berbicara sedikit tegas dengan nada yang masih sopan, dia pergi ke kamarnya dengan langkah pelan berharap sang bunda tidak akan menahannya terlalu lama.

_______

Zahra menatap ke arah langit langit kamarnya. 'kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini?' Zahra pikir dirinya akan tetap mengangumi Iqbal menghabisi waktunya sebagai sahabat, tanpa harus mengetahui perasaan Iqbal padanya. Menunggu selama lamanya sampai Iqbal juga mencintainya, atau mungkin dia akan berhenti sampai mengetahui Iqbal meng-khitbah gadis lain.

Tapi kenyataannya Iqbal hanya menganggapnya sahabat, adik atau apalah. Tapi sedikitpun Iqbal tak pernah menceritakan gadis lain di depannya, apa selama bertahun tahun, tak ada yang Iqbal cintai? Atau Iqbal menyembunyikan itu darinya?

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang