07.

3.4K 118 1
                                    

"Dan tolong menolong lah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya" (QS: Al-Maidah:2)

. . . . . .


"Saya jatuh cinta sama kamu, Zahra"

Zahra melotot dan bertingkah tak karuan saat Alvin mengucapkan kata kata yang tak lazim di ucapkan itu.

Kini mereka mengasingkan diri dari Iqbal dan yang lainnya. Karna Alvin yang meminta. Dia ingin membicarakan hal penting -katanya.

Zahra melotot melihat Alvin, hingga mata keduanya bertemu dalam sekian detik

Deggg!!

Zahra menundukkan pandangan nya serta mengucap istighfar dengan khusyu'
Zahra menjauh dari Alvin secara perlahan,
tak percaya dengan yang di ucapkannya.

"Maaf, kak Alvin, ngomong apa ya?"

"hahahaaaa. Kamu kenapa bertingkah seperti itu? (Ucap Alvin, santai) Maksud saya, saya jatuh cinta sama sikap kamu, yang bisa mencuri hati anak saya dalam waktu singkat, saya jatuh cinta untuk mempercayakan kamu menjalankan tugas yang saya bilang tadi di ruangan."

Zahra membuang nafas lega. Maha baik Allah yang sudah menyelamatkan nya dari situasi ini.

"Kamu pikir? jatuh cinta itu hanya untuk dua insan yang ingin menjalin hubungan? Atau perasaan yang diungkapkan pemuda yang ingin 'menembak' pujaan hatinya?" Alvin nyengir.

"Wajar dong kak, kalau saya berpikir begitu"

"Kamu aja yang ke-gr-an"

Zahra melotot "kakak bilang apa?"

"Saya bicara apa adanya. Maaf kalau salah"

Zahra melupakan kekesalannya. Ingin berbicara serius, tentang fia.

"Kalau memang anda butuh bantuan saya untuk merawat Fia, saya bisa. Sampai observasi selesai pun, saya mau merawatnya. Yaa, siapa yang tidak mau mengurus anak semanis itu, (kecuali Andhini) saya bersyukur sikap nya tidak mengikuti anda."

"Syukurlah. Terima kasih banyak. kamu bisa atur waktu, yang sesuai, agar tidak mengganggu kegiatan kamu, kamu juga boleh bawa Fia untuk observasi, kalaupun itu tidak membuat kamu repot"

.
"Santai aja, Fin" Suara Iqbal membuat pandangan Zahra dan Alvin tertuju padanya.

"Eh, Iqbal" ucap Alvin tersenyum

"Kamu tenang aja, kamu sudah sangat baik karna memaafkan Zahra dan memberikan hukuman yang justru sangat menyenangkan buat Zahra. Kami gak akan persulit dia, dia bisa kasih waktunya lebih banyak untuk fia"

"Tapi kan bal, yang lain" ucap Zahra dengan wajah khawatir

"Tenang, zah, tadi pas keliling, kita udah diskusikan masalah kamu ini kok, yang lain setuju"

"Andhini?" Zahra tak yakin

"Justru dia senang, dia langsung setuju dengan pernyataan aku"

Zahra memasang ekspresi bingung. "Senang?" Ungkapnya di dalam hati..

. . . . .

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang