21.

6.4K 198 39
                                    

"Tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui, Maha mengenal"

-QS Luqman : 34-

_

Zahra's POV

Aku menceritakan seluruh keluh kesah ku pada putri, bukan bermaksud untuk menceritakan aib keluarga, aku hanya menceritakan tentang perasaanku yang selama ini kupendam dan membuatku merasa sesak, perasaan yang tidak kuceritakan bahkan kepada bunda-ku. Aku hanya perlu di dengar, meluapkan tangis dalam sebuah pelukan, aku meminta Allah untuk menguatkanku, hanya itu. Aku tak lagi meminta-Nya untuk mengatur jalan hidupku sesuai dengan yang kuinginkan, karna aku sudah yakin dan percaya bahwa Allah sudah mengatur semua yang terbaik, aku hanya minta dia menguatkan imanku, mengikhlaskan hatiku, agar aku bisa memperoleh bahagia dari apa yang ditakdirkan-Nya.

"Aku gak bisa bilang banyak, zah. Sebagai teman, aku akan selalu jadi pendengar yang baik untuk kamu. Masalah jalan keluarnya, hanya Allah yang bisa berikan." Putri mengelus bahuku, sekarang posisi kepalaku sudah bertumpu pada bahunya, air mata yang tak pernah kuperlihatkan, akhirnya keluar dari sarangnya, Putri memang terkenal seorang motivasi religius yang baik, mungkin setelah ini, aku akan menganggapnya menjadi sahabatku. Untuk informasi, sekarang kami sudah berada di taman kampus, kelas sudah selesai, dan putri mengajakku bercerita lebih banyak ditaman, alhasil aku menceritakan semua masalah yang aku hadapi kepadanya.

"Makasih ya put." Aku bangkit dari posisiku yang bertumpu pada bahunya, memperbaiki dudukku. "Aku percaya sama kamu, aku tau, kamu ini pribadi yang baik dan sangat cocok dijadikan sahabat. Kamu mau kan, jadi sahabat aku?"

Putri terkekeh pelan, melihat aku yang sedikit formal untuk memintanya sebagai sahabatku, memang terdengar sedikit aneh, ya?

"Iya, Zahra. Aku juga sampai saat ini belum punya sahabat yang benar benar sahabat, kalau baca cerita cerita di wattpad tentang BFF goals gitu, aku jadi pengen punya sahabat, haha. Selama ini orang datang ke aku cuma pengen curhat atau minta solusi aja. Yah, kalau masalahnya sudah selesai, aku dianggap orang biasa yang gak berpengaruh apa-apa, udah biasa sih diperlakukan gitu."

"Hahahahahaha. Gantian curhat ceritanya? ternyata kamu humoris ya orangnya, aku pikir kamu motivator yang selalu serius, aku salah"

Kamipun menghabiskan waktu bersama, tertawa kecil, dan membicarakan banyak hal, entah itu tentangku, tentangnya, atau tentang pelajaran dikampus, hingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang bersama, tak lupa aku pergi kesekolah Alifia terlebih dahulu untuk menjemputnya.


***


Pukul 8 malam, aku mencari keberadaan ponselku yang entah dimana, terakhir aku membuka ponsel tadi pagi saat chattingan dengan kak Alvin, setelah itu, aku mengabaikan ponselku.

Di kamar, di dapur, bahkan di ruang tamu aku mencari, sebenarnya dimana ponselku? Aku berkeliling rumah sampai 3 kali bolak balik, tapi benda berbentuk pipih itu sama sekali tidak kelihatan, terakhir yang aku ingat, aku hanya meletakkannya di tas, setelah itu tak ada.

Di tengah pencarian ku, aku melihat kamar alifia yang terbuka, dengan sang pemilik yang sudah tersungkur lelap dalam tidurnya. Oh astaga! Aku ingat, tadi setelah makan siang, Alifia meminjam ponselku untuk dimainkan game talking tom kesukaannya, kenapa aku bisa lupa. Pasti Alifia juga lupa mengembalikannya karna tadi siang dia juga ketiduran, akupun masuk kedalam kamar dan mengecek handphoneku, dan ternyata benar, handphoneku ada dibawah bantal guling gadis kecil itu, tapi keadaannya sudah lowbatt, tentulah harus ku charge dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang