Setelah kesulitan, ada kemudahan.
Setelah kesedihan, ada kebahagiaan.
Setelah cobaan, ada kekuatan.__________
Zahra's POV
Sinar matahari terasa sangat panas dan terik. Namun semangat para pekerja yang membantu aku dan kak Alvin mengangkut barang ke rumah baru kami tidak mengeluh sedikitpun. Mungkin, karna mereka terbiasa dengan situasi seperti ini. Aku yang tadi ikut membantu mereka, kini sudah bersandar lemah di bangku teras, meneguk es teh manis yang aku buat sendiri. Nyaman sekali melihat sekitaran rumah baruku ini, kak Alvin hebat dalam memilih daerah untuk rumah kami, aku rasa, kami akan lebih nyaman tinggal disini, rumah sederhana dan minimalis, tidak terlalu besar bahkan tidak bertingkat, walaupun rumah mama Runaya bagai istana, mewah dan megah, tapi untuk ditinggali bertiga, terlalu luas bagiku, apalagi kalau Alifia bermain, perlu banyak waktu untukku mencarinya, karna rumah itu punya 3 tingkat dan satu tingkatnya seluas halaman rumah baruku ini. Kan pusing😫
"Zah.." Kak Alvin memanggilku, membuatku menoleh cepat ke arahnya
"Iya kak?" Aku menanggapinya santai dengan gelas berisi es teh manis yang masih ada di tangan kananku, hendak meneguknya kembali.
"Kita ke kantor polisi sekarang ya?"
Mendengar ucapannya, aku tak jadi meneguk es milikku, ku letakkan gelas di atas meja. "Kok sekarang kak? Ada hal gawat?"
"Enggak, saya mau lihat kondisi Iqbal aja"
Kak Alvin duduk di kursi lain, meja menjadi pembatas tempat duduk kami."Kita tunggu ini sampai selesai deh kak, kasihan mereka kalau kita tinggal, nanti mau perlu apa apa, bingung mintanya ke siapa.." ucapku sembari menunjuk para bapak yang sedang bekerja mengangkut barang barang kami.
Kak Alvin mengangguk, masih dengan mata khawatir yang sangat aku kenal. Tidak mungkin tidak ada apa-apa. "Emang kenapa sih kak? Kakak khawatir seperti itu gak mungkin cuma karna mau lihat kondisi Iqbal" ucapku ingin memastikan apa yang terjadi.
"Saya sudah dapat informasi tentang gina, dia tinggal dimana, saya juga sudah dapat kontaknya."
"Oh iya? Alhamdulillah. Terus, ngapain ketemu Iqbal?" Ucapku keheranan
"Ya, untuk memberitahu Iqbal, siapa tau dia akan lebih tenang mendengar kabar ini"
"Kak, kalau kita terlalu sering menemui iqbal, Andhini pasti curiga, dan kalau memang benar dia berbohong, dia akan lakukan berbagai cara agar kita tidak bisa menemukan Gina"..
"Oh iya, kamu benar. Istri saya pintar juga yaa" Kak Alvin tersenyum manis, membuatku tersipu malu atas pujiannya.
"Apaan sih" aku salah tingkah lalu menunduk, mulai memainkan jari jari ku.
"Oh iya" aku mendongak ke arahnya, sembari menetralkan pipiku yang memerah "kakak dapat dari mana info tentang gina?""Oh, itu, saya suruh orang untuk memata-matai semua tentang Andhini, informasi tentang keluarganya dan semua sahabat sahabat dekatnya. Bahkan saya tau semua kontak teman teman Andhini, banyak yang cantik cantik juga nih, saya mau pilih satu boleh, gak?"
Kak Alvin melirik ke arahku, sengaja ingin menggoda. Dia pikir aku cemburu? Tidak sama sekali! Lagian aku tau kak Alvin bukan tipe laki laki yang gampang suka pada perempuan, walau dia cantik atau seksi seperti apapun.
![](https://img.wattpad.com/cover/172411762-288-k23472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian.
General FictionSiti Fatimah Az-Zahra. Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat balasan. Sebuah keadaan memaksanya menerima perjodohan. Dari seorang duda yang sangat mencintainya Pencarian imam impian. Perjuangan dalam keikhlasan. Lika liku kehidupan. Saya...