11.

3K 109 3
                                    

"Wahai generasi muda! Bila diantaramu mampu menikah hendaklah ia nikah. Sebab mata akan lebih terjaga, kemaluan lebih terpelihara."

(HR. Bukhari dan Muslim Ibnu Mas'ud)

____

"Maaf kak Alvin, tapi saya tidak mau membicarakan hal ini."

"Zahra, begitu mudah kamu mengucapkan kalimat itu, kamu tidak tau saya tidak bisa tidur nyenyak karena ini"

Zahra menatap Alvin dengan tatapan bingung dan benci.

"Kalau kamu memang ingin menolak saya, saya tidak akan memaksa kamu"

"Kak, saya sudah bilang, saya perlu waktu, ini baru dua hari kak, baru dua hari, kakak pikir mengambil keputusan ini mudah?"

Zahra melangkah menuju koridor yang akan membawanya ke toilet wanita.

"Zahra!"

Zahra menghentikan langkahnya.

"Apa kamu mencintai orang lain"

Zahra membalikkan badannya dan menatap Alvin dengan sendu.

"Apa maksud kakak"

Alvin menarik nafas panjang "apa pertanyaan saya kurang jelas? Saya hanya ingin tahu, apa kamu mencintai orang lain?"

Zahra menunduk, masih dengan wajah angkuh, Alvin tidak boleh melihat wajah lemahnya. Dia harus bertingkah biasa, seolah tak ada tekanan.

"Jika itu benar, itu akan jadi alasan kuat untuk membatalkan pernikahan ini, saya tidak akan menikahi kamu yang mencintai orang lain, saya akan dukung kamu untuk memperjuangkan cinta kamu, Zahra. Kamu tenang saja, saya bukan ABG lagi yang ribet masalah cinta, saya hanya ingin fia mendapatkan ibu yang baik dan sholehah........" Alvin berbicara tanpa henti, mengeluarkan segala uneg unegnya.

"Ayah.." fia datang, mengejutkan Alvin, begitupun Zahra. fia datang memeluk Alvin sambil memanggilnya lirih, fia terlihat takut melihat Zahra yang sedang menangis menatap ayahnya dengan tatapan dingin dan menyeramkan baginya.

Zahra dengan cepat menghapus air matanya ketika melihat fia.

"Fia sayang (Alvin mengelus rambut putri kesayangannya) kamu masuk ke ruangan ayah, ya. Ayah mau bicara sama kak Zahra."

Fia mengangguk.

"Kak Zahra" fia menarik narik kecil Khimar panjang Zahra.

"Iya sayang" Zahra tersenyum ramah

"Kak Zahra jangan nangis ya, kak Zahra jangan marah ya sama ayah"

Alvin mengedipkan matanya pelan, tak tega melihat anaknya merasa sangat sedih, karna Alifia tak sengaja melihat sedikit pertengkaran antara dirinya dengan Zahra.

"Fia, kamu masuk sayang, nanti ayah dan kak Zahra menyusul kamu"

Fia tetap mendekapkan kepalanya di pinggang Zahra.

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang