17.

3.1K 98 3
                                    

Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah"

-QS Luqman : 33-

* * * * *

Author's PoV

Zahra dan Alvin sudah sampai di kantor polisi sejak 15 menit yang lalu, belum sempat bicara sepatah katapun, Andhini sudah membungkam mereka dengan tangisan tiada henti.

"Sudah Dhin, sudah, kamu yang sabar, biar polisi yang akan memberikan hukuman kepada Iqbal, lagipula pengadilan Allah tidak akan pernah ingkar, Allah akan balas satiap perbuatan jahat walaupun sebesar biji dzarrah." Zahra mengelus pelan punggung Andhini, memberikan dukungan batin kepada gadis yang kini memakai kerudung merah muda itu.

"Aku tidak akan membiarkan dia bebas, zah" Andhini menatap lekat lekat mata Zahra, menegaskan bahwa dia serius dengan perkataannya. Rencana demi rencana sudah dia susun untuk menghancurkan iqbal.

"Kecuali.." Andhini melanjutkan kalimatnya.

"Kecuali dia mau menikahi aku sebelum kasus ini dibawa ke pengadilan.."

Ucapan Andhini membuat Zahra serta Alvin terkejut, hati Zahra tersayat lagi,jika hal itu benar benar terjadi, walaupun karna sebuah keterpaksaan, untuk memperbaiki keadaan, Zahra tetap takkan mampu membayangkan bagaimana keadaan hatinya jika Iqbal dan Andhini benar benar menikah.

"Tapi kan, haram, jika seorang pemuda menikahi gadis yang tengah berbadan dua?"

"Yah, dia menikahi aku setelah aku melahirkan, aku akan menunggu, tapi yang pasti dengan peraturan yang aku buat, dia tidak boleh kemana mana, dia tidak boleh pergi tanpa izin aku, pokoknya semua yang dia lakukan ada dalam kendali aku"

Zahra mengangguk pasrah, sungguh mengerikan nasib Iqbal, bukankah sama saja jika dia harus dipenjara?

"Andhini, apa kami boleh menemui Iqbal?" Alvin yang dari tadi bungkam kini berani bicara, mengabaikan pernyataan Andhini.

"Oh, tentu. Itu hak kalian, Iqbal memang perlu dukungan sebelum masa masa kehancurannya segera datang"

Alvin memasang wajah masam, perasaannya benar benar tidak enak melihat perempuan satu ini, sangat sombong.

"Ayo Zahra, kita temui Iqbal"
Alvin merapikan jas yang dia pakai, memperjelas wibawanya.

"Mmmm, kakak aja yang temui Iqbal, Zahra gak usah. Zahra belum siap" Zahra menunduk, menggigit bibir bawahnya menutupi rasa gugup yang justru membuat semua orang bisa merasakan hal itu.

"Zahra, kita perlu bicara sama Iqbal. Iqbal butuh kamu" Alvin menatap Zahra tajam.

Andhini tersenyum kecut sambil menepuk bahu Zahra "udah, zah. Temui saja iqbal, bagaimanapun dia sahabat kamu, kan? Kasian dia tadi aku pukuli" Andhini nyengir, tertawa sinis.

Zahra mendongak "pukul?"

"Udah, udah, ayo Zahra, ini perintah" Alvin mendengus kesal. Tak ingin Zahra terlalu banyak bicara pada Andhini, takut pikirannya diracuni.

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang