13.

3.3K 109 2
                                    

قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٧٨)

Dia (Khadhir) berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya.

QS Al Kahfi:78

____________________

Iqbal membuka pintu kamarnya dengan mata sembab, hatinya terasa sesak melihat Zahra bersanding dengan lelaki lain. Perasaan yang selama ini tidak pernah dia rasakan, amukan menyerbu jiwanya.

"Kee... naaa.. paa!!!! Kenapaaaa!!!!!!"

Iqbal berteriak melempar segala hal yang dilihatnya. Matanya merah penuh amarah, hatinya kesal penuh penyesalan.

"Iniiii gak mungkiiiiiiin! Ini gak mungkiinn!! Zahra milikku, Zahra milikkku! Ini gak mungkiiiiiiin"

Iqbal terisak menghempas tubuhnya ke kasur. Mengepal tangannya dengan begitu kuat. Tak lama dia tersadar, ketika melihat Al Qur'an berjejer rapi di atas meja nya.

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astagfirullahal'azim"

"Kenapa aku begini, kenapa aku lalai, kenapa aku.. ahh! Astagfirullah"

Iqbal membetulkan posisi duduknya, menghapus air matanya. Dia tidak mengerti arti dari perasaannya sendiri. Kenapa dia begitu hancur saat Zahra menjadi milik orang lain, kenapa dia hancur melihat Zahra kini bukan lagi miliknya. Kenapa? Apa ini yang di namakan cinta? Apa selama ini dia mencintai Zahra tapi tak pernah menyadarinya.

Oh Allah..

Kenapa menjadi rumit seperti ini.

Triingg...

Ponsel Iqbal berbunyi.

Dengan lemah Iqbal meraih ponselnya

ANDHINI CALLING

hallo?

Assalamua'laikum bal.


Bisa ketemu.?

______________________

Resepsi telah selesai dilaksanakan. Semua lancar bertabur kebahagiaan. Suasana haru juga menyelimuti pihak keluarga. Yang pasti tangisan paling deras terdengar dari pihak keluarga Zahra, melepas kepergian putri tercinta.

Zahra duduk di depan cermin rias. Dengan pakaian yang masih sama. Deraian tangis yang berusaha ia tahan, akhirnya jatuh juga. Semu, kelabu, dirasakan zahra saat semua orang begitu bahagia.

Iqbal? Apa kah dia masih menganggap ku sahabatnya? Apakah dia masih mau mengenalku? Apakah aku masih bisa bertemu dengan pangeran ku.

Ya Rabb, begitu hina hambamu saat statusku sah menjadi istri Alvin, aku malah memikirkan pria lain dalam awang awang impian.

Begitu tak tau diri aku ini, mendapatkan Alvin yang begitu di ingini, wajah tampan, rupawan, dermawan. Ketika Allah menetapkan kakinya sebagai harapan syurgaku, aku malah memikirkan syurga orang lain yang mungkin bisa menjerumuskan ku. Tubuhku begitu kaku, untuk mengusap air mata ini, membersihkan diri, dan mulai beraktivitas lagi. Mulutku begitu kelu, untuk berbicara, menjawab pertanyaan serta pernyataan yang Alvin berikan. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan atau sesekali dengan isyarat mata. Hatiku begitu pilu, semua harapan dan doa ku untuk menikah dengan imam impian ku menjadi semu. Harapan ini menjadi beku. Berharap ada matahari yang akan mencairkannya kembali, dan senyumku bisa datang lagi.

Imam Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang