Saat jam kosong,Dikta memutuskan untuk pergi ke kelasnya Kala.ia ingin meminta penjelasan tentang seseorang yang mengantar Kala pulang sampai kerumah.
Bukankah disini yang salah Dikta?tapi kenapa Dikta malah menyalahkan Kala?
Sebelum masuk,Dikta ditanya sama teman sekelasnya Kala."mau ngapain anak IPA main kekelas IPS?" Tanya Ari yang sedang berada didepan pintu kelasnya.
Dikta hanya menanggapinya dengan cara tersenyum."tolong panggilkan Kala dong."
Ari mengangguk lalu ia berteriak sekencang mungkin."Kalaaaaa...dicariin sama Dikta,nih." Teriak Ari.
Kala yang sedang ngobrol dengan Riri sontak ia langsung berdiri ketika Ari memanggil namanya.
"Gak usah teriak-teriak,ini bukan dihutan." Gerutu Kala.
Ari hanya terkekeh."iya maaf,jangan marah-marah nanti cantiknya hilang." Goda Ari.
Dikta langsung menatap Ari dengan tatapan tajam,Ari yang melihatnya hanya tertawa."gue bercanda,Dik." Ari langsung masuk kedalam kelasnya.
******
"Mau ngapain?" Ketus Kala.
"Kita duduk dulu." Sambil menunjuk kearah bangku yang berada didepan kelasnya.
Mereka duduk disalah satu kursi yang tersedia.
Diantara mereka berdua tidak ada yang berani untuk berbicara,kini mereka berdua hanya saling mengedarkan pandangannya satu sama lain.
Tiba-tiba Kala bangkit dari tempat duduknya kemudian ia berdiri,tapi saat ia mau pergi tangannya dicekal oleh Dikta."mau kemana?" Tanya Dikta.
"Mau kekelas,lagi juga gak ada yang mau diomongin." Ucap Kala setenang mungkin.
"Aku mau ngomong sama kamu,ini penting!"
Kala mengurungkan niatnya yang mau masuk kedalam kelas.akhirnya ia kembali duduk seperti semula.
Sebelum berbicara Dikta sempat menghela nafas sebentar."maaf." Hanya kalimat itu yang bisa Dikta katakan untuk Kala.
Segampang itukah ia mengucapkan kata maaf?apa ia tidak pernah berfikir kalau dirinya sedang terluka,bukan hanya dia,tapi mereka berdua!
Disini yang salah mereka berdua,hanya saja mereka berdua tidak berintropeksi diri dulu sebelum menyalahkan yang orang lain.mereka berdua yang tidak merasa kalau perasaannya belum terlalu mantap untuk kedepannya.
Dikta mengubah posisinya menjadi menghadap Kala lalu ia memegang kedua tangan Kala kemudian ia memandang wajah Kala yang sedang mengedarkan pandangannya."kemarin aku lupa kalau aku punya janji sama kamu."
Tak satupun kalimat yang Kala lontarkan pada Dikta.dan Dikta paham kalau Kala sedang marah."kemarin aku juga ketempat bunga yang kamu datangi,dan ibu penjual bunga itu juga bercerita sedikit tentangmu."
5 menit...
3 menit...
1 menit...
Tidak ada perubahan.Kala masih saja bungkam."kamu mau apa?nanti akan aku turuti,tapi aku mau kamu ngomong walau hanya sepatah kata aja."
"Kala aku mau kamu ngomong,jangan diam-diam kayak gini,aku jadi serba salah dihadapanmu." Ucap Dikta sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Apa?" Akhirnya Kala mau ngomong juga.
"Maafin aku."
Kala berdehem pelan."Hm."
"Aku janji gak bakal bikin kamu kecewa."
"Bullshit!"
"Aku janji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Bintang [END]
Ficção Adolescente"Kita yang berbeda." untuk yang pertama kalinya, dia menyukai perempuan yang bisa membuat hatinya terpikat. dia bukan seperti perempuan pada umumnya, dia hanyalah dia yang hanya bisa menjadi dirinya sendiri, dan untuk yang pertama kalinya seorang an...