Kala masih bingung mau pulang naik kendaraan apa,karena yang ia pikirkan sekarang sudah pukul 8 malam.
Ia memutuskan akan berjalan kaki menuju ke halte,kebetulan jarak rumah Intan ke halte tidak terlalu jauh.
Matanya sedikit mengantuk,mungkin kemarin ia kurang tidur jadinya seperti ini.
Selama ia menyusuri jalanan trotoar, sebenarnya ada rasa takut sih untuk berjalan sampai halte. Tapi mau bagaimana lagi yang terjadi biarlah terjadi,nikmati saja apa yang sedang terjadi dan berusaha menjalankannya dengan baik. Bukankah begitu?
Sebenarnya ada keinginan untuk mengabari Dikta,tapi ponsel Kala mati karena baterainya habis.
Tak terasa selama ia berbicara dalam hati,akhirnya ia telah sampai di Halte.
Duduk sendiri dimalam hari membuatnya menjadi kedinginan,untung saja ia memakai jaket. Setidaknya rasa dingin itu tidak terlalu terasa untuk malam ini.
Menengok kearah kanan dan kiri tak ada satupun kendaraan yang bisa membawanya sampai kerumah. Kalaupun ada itu beda arah dengan rumah Kala.
Salah satu motor yang datang menghampiri dirinya. Tapi ia masih tidak menggubrisnya.
Merasa ada yang duduk disampingnya,Kala pun menengok kearahnya yang tepat disebelah Kala. "Dikta?"
Dikta menengok dengan tatapan tajam. "Kenapa gak telfon aku,hm?"
"Ponselku baterainya habis."
"Kenapa gak minta jemput lewat ponselnya Riri atau Intan?"
"Aku gak kepikiran," jawab Kala.
"Kamu ini bikin khawatir ibumu saja. Selain ibumu juga kamu telah membuatku khawatir juga," Dikta mengacak rambut Kala dengan pelan.
"Maaf," hanya kata maaf yang bisa ia ucapkan. Karena yang Kala tahu kalau ia yang salah.
"Yang terpenting kamu sudah bersamaku, udah makan belum?" Tanyanya.
Kala menggeleng pelan. "Belum,kenapa?"
"Kita makan yuk," ajak Dikta.
"Gak mau," tolak Kala secara halus.
Dikta mengernyit bingung. "Kenapa?"
"Aku gak mau ngerepotin kamu,Dikta,"
Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Kala. Mau tidak mau ia harus membalas uluran tangannya. "Yasudah ayo,"
Mereka berdua memilih untuk makan sate ayam. Sekarang mereka berdua sedang menikmati makanannya. Maka dari itu mereka saling diam. "Kamu tau dari mana kalau aku belum pulang?" Tanya Kala. Pikiran itu yang terus membuatnya penasaran.
"Tadi ibumu yang telfonku,"
Kala mengangguk paham. "Oh gitu,kok kamu tau kalau aku ada di halte?"
"Nebak aja sih," pandangan Dikta tertuju pada Kala. ".....hebat kan tebakan aku benar?"
Kala memutar bola matanya dengan malas. "Iyain aja biar kamu senang,"
"Oh iya sabtu besok aku ada acara keluarga,kamu mau ikut gak?"
Kala mengernyit bingung. "Kenapa kamu ngajak aku?"
"Karena kamu pacar aku!" Jawab Dikta dengan tegas.
"Kalau aku bukan pacarmu,kamu tetap mengajakku?"
Dikta mengangguk pelan. "Aku tetap mengajakmu,hitung-hitung pendekatan sama calon pacar." Kekehnya.
"Kenapa gitu?"
"Ya---karena aku juga gak tau."
"Kenapa gak tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Bintang [END]
Novela Juvenil"Kita yang berbeda." untuk yang pertama kalinya, dia menyukai perempuan yang bisa membuat hatinya terpikat. dia bukan seperti perempuan pada umumnya, dia hanyalah dia yang hanya bisa menjadi dirinya sendiri, dan untuk yang pertama kalinya seorang an...