chapter 2 : kala

801 58 28
                                    

Diwaktu malam hari,Dikta beserta teman-temannya berencana untuk pergi ke Cafe tempat biasa ia nongkrong bersama temannya.walau Cafe ini milik orang tuanya tapi sedikit pun Dikta tak punya rasa sombong.Cafe ini milik papinya,bukan miliknya,walau ia juga punya hak atas Cafe tersebut.

Dikta dan kawannya memesan minuman yang mereka inginkan,tak lama kemudian pelayan Cafe tersebut datang dengan membawa pesanan yang mereka pesan tadi.

Dikta merasa Cafe ini seperti ada yang berbeda.berbeda dalam arti seperti ada yang membuatnya nyaman di Cafe tersebut.

Akhirnya,Dikta kembali memanggil pelayan yang baru saja membawakan pesanannya tadi."mbak saya mau tanya kalau boleh tahu sejak kapan ada pemain biola?biasanya kan ada pemain piano?"

"Oh perempuan yang sedang bermain biola itu termasuk pegawai baru di Cafe sini,Mas.dia pengganti pemain piano yang resign waktu itu."

Dikta mengangguk paham saat mendengar ucapan pelayan tersebut."oh yaudah kalau gitu mbak boleh kembali bekerja."

Pelayan tersebut mengangguk patuh."iya,kalau begitu saya permisi dulu."

"Iya."

"Bagus juga main biolanya." Gumam Dikta.

Selama ia minum juice mangga,Dikta tak pernah absen melihat perempuan yang sedang bermain biola didepan panggung Cafe tersebut.dan pada akhirnya alunan biola itu berhenti.sontak Dikta yang sedang mendengar alunan tersebut langsung menengok dan mencari keberadaan perempuan yang dari tadi membuat Dikta senyum-senyum sendiri.

Dikta bangkit dari tempat duduknya lalu ia berdiri untuk mencari keberadaan perempuan itu.

Pertama ia akan mencari perempuan tersebut dibelakang Cafe,tapi kenyataannya nihil.akhirnya ia kembali lagi ketempat duduk yang tadi ia duduki bersama kawannya.

"Gue pamit duluan ya." Pamit Dikta.

"Mau kemana,Dik?" Tanya Fikri.

"Ada urusan."

"Butuh bantuan kita gak,nih?" Usul Dimas.

Dikta menggeleng."enggak usah,kalian lanjut aja ngobrolnya,gue duluan pamit ya."

Mereka bertiga mengangguk secara bersamaan."iya hati-hati,Dik."

"Iya."

Dikta pergi menuju parkiran motor.tiba-tiba pandangan Dikta terfokus pada perempuan yang sedang ia cari dari tadi.ia langsung menghampiri perempuan tersebut.

"Elo yang waktu itu kena bola basket, kan?"

Kala menengok kebelakang saat ada seseorang yang berbicara pada dirinya."elo ngomong sama gue?" Sambil menunjuk dirinya sendiri.

Dikta memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya."iyalah,emangnya siapa lagi selain elo yang diparkiran ini."

"Kenapa?"

"Btw lo kerja disini ya?" Tanyanya dengan ragu

Kala mengangguk."iya."

"Dengan bermain alat musik biola itu?" Sambil menunjuk biola tersebut yang sedang berada digenggaman Kala.

"Iya,karena cuma alat musik ini yang bisa bantu gue untuk cari uang."

Senyum Dikta kembali terbit diwajahnya saat mendengar ucapan perempuan yang berada dihadapannya sekarang."gue cuma mau bilang ke elo."

"Bilang apa?"

"Elo bagus main biolanya."

Kala tersenyum."makasih,tapi gue juga masih belajar kok."

Langit & Bintang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang