Kepala Rafa tertunduk untuk menatap anak kecil yang tengah berdiri di ambang pintu dimana anak tersebut juga ikut menatapnya.
"Tuyul dari mana ini,"
"Tuyul-tuyul, anak Abang gue neh!"
Rafa menatap Nia yang datang dari arah belakang anak tersebut kemudian menggendongnya.
"Bang Fazra?"
Nia menggeleng, "Abang gue yang pertama, ini anaknya yang paling kecil." Nia menunjuk anak perempuan yang masih berumur 2 tahun.
"Ontiiii!" Pekik anak perempuan berumur 8 tahun berjalan dengan kepala yang sedikit tertunduk.
"Itu anaknya yang pertama, namanya Ica. Gak usah cari gara-gara lo ya sama dia, terus yang ganteng itu anaknya yang kedua namanya Azka. Kalo yang paling kecil ini namanya Clara, masih dua tahun."
Rafa mengangguk memperhatikan satu persatu anak-anak yang ditunjuk oleh Nia.
"Hebat juga Abang lu bisa sampe tiga,"
"Onti!"
Nia mengurungkan niat untuk membalas ucapan Rafa saat Ica memukul pelan tangannya.
"Katanya mau ajarin Ica jadi dokter kok malah di sih? Ica udah lama nungguin onti di ruang dokter onti yang ada di deket ruang kerja opa tapi onti gak dateng-dateng kan Ica jadi capek nunggu..." Ica berhenti mengoceh karena baru menyadari kehadiran Rafa.
Ica tersenyum, "Abang ganteng ini siapa?" Tanya Ica sambil tertawa.
Rafa sedikit menaikkan alis melihat perubahan sikap Ica.
"Ih onti suka nya sama yang berondong ya," Ica tertawa kembali memukul tangan Nia.
"Eh, cowok onti Aya sableng! Masih kecil udah ngerti ganteng udah ngerti berondong aja lo, ada emang di negara lo yang namanya berondong?"
"Gimana sih kan onti Nia yang kasih tau Ica soal berondong, onti Nia yang ngajarin."
Rafa terkesiap ketika Clara diberikan kepadanya.
"Sama lo dulu ya, bokap nyokap nya lagi keluar. Ntar gue panggil Aya ke sini, sekarang lo masuk." Nia menarik bahu Rafa menyuruh Rafa masuk karena sedari tadi laki-laki itu hanya berdiri di ambang pintu.
🎀
Rafa memperhatikan Clara mulai dari rambut hingga ujung kaki. Clara terlihat begitu tenang dengannya, jika dipikir-pikir anak seusia Clara akan takut dengan orang asing yang berujung dengan menangis.
Rafa beralih memperhatikan kancing kemejanya yang sedang dimainkan oleh tangan mungil nan gendut milik Clara.
Senyum tersungging di bibir Rafa saat Clara menatapnya.
"Kak Rafa,"
Rafa menoleh, begitu juga dengan Clara.
Baru saja Aya duduk Clara sudah bangkit dari pangkuan Rafa dan beralih duduk di pangkuan Aya.
"Biasanya nangis lho kalo deket-deket sama orang yang gak dikenal," kata Aya memberitahu Rafa.
"Lo liat lah muka gue, mana ada tampang nyeremin nya. Yang ada tampang ngangenin sama tampang rasa-rasa ingin memiliki."
"Iyain,"
Rafa menutup wajah Aya dengan telapak tangannya tidak suka mendengar jawaban Aya. Tindakan Rafa disambut tawa oleh Aya.
Aya langsung menyingkirkan tangan Rafa yang masih menutupi wajahnya dan menggenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-AYA [COMPLETED]
Teen FictionMenjalin sebuah hubungan dengan laki-laki yang masuk dalam kategori buruk namun populer di sekolah bukanlah impian gadis bernama lengkap Chasya Queensha, apalagi jalinan hubungan tersebut bermula dari adanya sebuah permainan. Pada akhirnya akan meni...