Aya menyandarkan kepalanya di bahu Rafa dimana Rafa sedang memainkan ponselnya sambil sesekali Aya mengelus perutnya.
Sudah 3 hari lamanya Rafa tidak pergi bekerja karena tidak diizinkan oleh Aya, jangankan pergi bekerja, pergi keluar saja Aya tidak mengizinkannya dengan alasan Aya ingin Rafa terus berada di dekatnya.
"Besok aku udah boleh pergi kerja?"
Aya langsung menggeleng.
"Gak jadi beli baju-baju yang merek nya Gucci dong kalo aku gak kerja-kerja,"
"Ih kan baru tiga hari," balas Aya sambil menjauhkan kepalanya dari bahu Rafa.
"Sama besok empat," sahut Rafa tanpa mengalihkan mata nya dari ponsel.
"Aku bilangin Papi lho kalo besok kamu pergi kerja,"
Rafa mem-pause game yang ia mainkan dan menoleh ketika nada suara Aya terdengar seperti sedang menahan tangis.
"Iya-iya aku gak kerja, jangan nangis ya." Rafa meletakkan ponselnya di nakas kemudian mengelus-elus kepala Aya sambil menciuminya.
Aya mengangguk seraya menyembunyikan wajahnya di leher Rafa.
"Aku mau makan buah,"
"Ayo kita dapur."
Sesampainya di dapur Rafa mengeluarkan beberapa macam buah dari kulkas dan membawanya ke meja makan karena di sanalah Aya berada.
"Kamu mau makan yang mana dulu?" Tanya Rafa sambil duduk di sebelah Aya.
"Jeruk,"
"Oke," Rafa langsung mengambil buah jeruk dan mengupas kulit bagian luarnya.
"Itu serabut nya di hilangin ya, sampe bersih."
"Yang keras bagian atasnya juga dibuang aku gak suka kalo ada itu nya,"
"Biji jeruk nya dikeluarin sekalian ntar kalo kegigit aku gimana?"
Rafa hanya bisa menghela napas secara diam-diam mendengar ocehan Aya, selain semakin manja Aya juga semakin cerewet dan mudah kesal semenjak hamil.
"Iya sayang iya," balas Rafa berusaha untuk tetap sabar.
"Udah bersih kan?" Rafa menunjukkan daging jeruk yang terlihat sudah bersih dan memasukannya ke dalam mulut Aya melihat Aya menganggukkan kepala.
"Kulit apelnya mau dikupas?"
"Iya dong, sama kayak jeruk tadi."
Rafa menatap buah apel berwarna merah yang ada di tangannya, sesungguhnya Rafa tidak bisa mengupas kulit apel dengan pisau yang terlihat sangat tajam.
"Kok kamu diem aja sih?"
Rafa tersenyum kemudian mengambil pisau dan mulai mengupas kulit apel dengan sangat hati-hati karena ia takut jika pisau tersebut meleset ke tangannya yang sedang memegangi buah apel.
Sambil menopang dagunya Aya menyaksikan Rafa yang sedang memotong buah apel dengan gerakan tangan yang sangat lambat serta ekspresi yang begitu serius.
"Coba Aya ambil kura-kuranya bang Zio letakkin di meja biarin jalan sampe ujung meja sana, Papi mau tau lebih cepet kura-kura itu apa dia."
"Ck, bacot!"
Brak!
Rafa terkejut ketika mendengar suara gelas yang diletakkan dengan kuat di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-AYA [COMPLETED]
Novela JuvenilMenjalin sebuah hubungan dengan laki-laki yang masuk dalam kategori buruk namun populer di sekolah bukanlah impian gadis bernama lengkap Chasya Queensha, apalagi jalinan hubungan tersebut bermula dari adanya sebuah permainan. Pada akhirnya akan meni...