RA-AYA'40

75.7K 6.2K 887
                                    

"Bukan hari ini kali pulangnya,"

"Ih hari ini kok, Rafa sendiri yang bilang sama Aya."

"Kalo emang hari ini kenapa Aya keliatan khawatir gitu?" Tanya Reya.

"Rafa bilang siang udah sampe di rumah tapi ini kan udah sore siapa coba yang gak khawatir,"

"Macet kali di jalan," kata Nevan.

Aya menyandarkan tubuhnya dengan wajah yang murung dan mulai melamun, dalam hitungan detik mata Aya sudah berair kemudian gadis itu menangis membuat kedua orang tuanya kebingungan.

"Kenapa tiba-tiba Aya nangis? Nangis karena apa?" Tanya Reya sambil mengusap-usap punggung Aya.

"Aya takut Rafa kenapa-napa kan bentar lagi udah mau nikah!"

"Kan masih banyak laki-laki lain,"

Tangis Aya semakin pecah karena ucapan Nevan.

Reya mendelik pada Nevan, bukannya memberi ketenangan malah memperburuk keadaan.

"Assalamualaikum,"

Tangis Aya langsung berhenti dan berlari ke arah Rafa yang baru saja masuk. Belum sempat menutup pintu Aya sudah berhambur ke pelukannya.

"Katanya siang kenapa jadi sore?!"

Rafa tersenyum.

"Surprise!"

"Gak lucu!" Kata Aya sambil meremas kemeja Rafa.

"Takut ya aku kenapa-napa ya," Rafa tertawa geli.

Aya memukul dada Rafa dan kembali memeluknya dengan erat. Setelah pelukan terlepas Rafa berjalan ke arah Reya untuk mencium punggung tangan Reya lalu berjalan ke arah Nevan, bukan untuk mencium punggung tangan Nevan namun lewat di depannya, padahal tangan Nevan sudah terulur.

Rafa duduk di sebelah Aya berhadapan dengan Nevan dan Reya.

"Om kenapa sih gak pernah senyum kalo ngeliat saya, bentar lagi kan saya udah mau jadi mantu om." Ucap Rafa sambil memperhatikan wajah Nevan yang selalu datar setiap kali menatapnya.

"Gak ada guna senyum sama kamu, gak pake mantu durhaka kayak kamu."

"Dur..."

"Maksudnya apa saya dikacangin, hah?"

"Gak usah!" Nevan menepis tangan Rafa yang hendak mengambil tangannya.

🎀

Aya duduk di hadapan orang tua, kedua Abang dan kakaknya dengan mata yang berair.

"Gak ada yang salah kalo Aya mau nikah muda karena itu artinya Aya udah gede, jadi istri yang baik ya untuk Rafa nanti, jadi istri yang penurut, dengerin apa kata suami Aya tapi jangan sampe Aya lupa sama Mami Papi, Abang, bang Fazra sama kak Nia."

Aya mengangguk tidak kuasa menahan air matanya saat mendengar ucapan Zio.

"Kita semua udah punya keluarga sendiri-sendiri, bentar lagi Aya juga udah punya keluarga sendiri. Walaupun udah berkeluarga kita harus tetep sama-sama jaga Mami Papi karena sekarang mereka tinggal berdua gak kayak dulu rame karena ada kita, kita yang selalu sama-sama tinggal di satu rumah tapi sekarang udah beda. Kita ganti-gantian jaga Mami Papi dan kalo Mami Papi butuh apa-apa bilang ke Abang, Fazra, Nia atau Aya."

Reya tersenyum haru hingga matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Zio.

Aya beranjak dari duduknya untuk memeluk Zio dengan suara tangis yang mulai terdengar, kemudian memeluk Reya, Nevan, Nia hingga yang terakhir Fazra dengan suara tangis yang tidak kunjung mereda ketika ia memeluk satu persatu keluarganya.

RA-AYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang