Dua orang pria yang memiliki sedikit persamaan wajah tengah berdiri di depan laki-laki remaja yang baru saja datang.
"Siapa kamu?"
Rafa tersenyum pada pria yang sudah berumur namun masih terlihat menawan.
"Saya Rafa, pacar Aya."
"Opa, Aya mau jalan sama kak Rafa."
Ardhan menoleh ke belakang karena saat ini tubuhnya sedang menghalangi pintu sekaligus menghalangi Aya.
"Nanti dulu,"
Aya bungkam tidak berani menjawab.
"Punya apa kamu sampe berani-beraninya deketin cucu saya?"
"Saya masih sekolah jadi belum punya apa-apa," kata Rafa dengan sopan, ia akui Ardhan terlihat lebih seram daripada Nevan. Jika berhadapan dengan Nevan Rafa masih berani melawan ucapan Nevan.
"Cucu saya gak boleh pacaran, mau apa kamu?"
"Tapi om Nevan ngizinin kok,"
Nevan yang kebetulan berdiri bersandar di dinding teras sambil melipat tangan melotot.
"Pinter kamu ya ngizinin anak baru gede, masih tahap-tahap puber gini pacaran! Nanti kalo kejadian yang enggak-enggak gimana? Hah?! Mau apa kamu kalo udah kejadian? Jaman sekarang anak-anak seumuran gini ngerih gaya pacarannya! Kamu!"
Nevan syok karena tiba-tiba saja Ardhan memarahinya, malah tadi sempat memukul lengannya.
Rafa menunduk tidak kuasa melihat Nevan yang hanya diam saja.
Nevan melirik Rafa yang sedang menahan tawa, di dalam hati Nevan sudah membatin dengan otak yang mulai bekerja hal dan tindakan apa yang harus ia lakukan untuk laki-laki itu.
"Kalo saya liat-liat..."
Rafa mengangkat kepalanya menatap Ardhan dengan berani.
"Kamu pasti bukan laki-laki yang baik,"
"Opa jangan ngomong gitu," kata Aya pada Ardhan.
Ardhan menoleh menaruh telunjuknya di bibir kemudian menatap Rafa.
"Tapi saya bisa jadi yang terbaik buat Aya," Rafa tersenyum meyakinkan.
Ardhan diam memandangi Rafa, satu tangannya ia taruh di kusen pintu seraya mengetuknya dengan telunjuk sementara tangan yang lain berada di pinggang.
Aya berjinjit dan mulai membisikan sesuatu pada Ardhan.
"Aya mau jalan sama kak Rafa," bisik Aya.
"Gak usah,"
"Ih opa udah kayak Papi aja deh!"
"Bang Fazra mau pulang jangan kemana-mana dulu," kata Ardhan seraya menoleh ke samping.
"Beneran?!" Aya langsung antusias.
"Hmm," Ardhan mengangguk.
🎀
Semuanya berkumpul di ruang keluarga setelah hadirnya Fazra sejak sepuluh menit yang lalu. Zio yang sejak kemarin berada di ruang Nevan pun belum kembali ke Singapura ketika mendengar Fazra ingin pulang ke rumah.
Rafa juga ikut berkumpul membuat dirinya merasa sangat asing diantara mereka.
"Ganteng banget cucu opa," Ardhan tersenyum bangga pada Fazra yang sedang duduk sendirian di depannya.
"Aya suka liat Abang pake seragam pilotnya, makin keliatan keren." Kata Aya tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya.
Fazra datang dengan masih memakai seragam pilotnya. Kemeja berwarna putih tercetak pas di tubuh atletis Fazra lengkap dengan dasi serta semacam sebuah pin berbentuk sayap bertengger di dada kiri Fazra, celana bahan dan sepatu yang mengkilap juga masih melekat pada diri Fazra.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-AYA [COMPLETED]
Teen FictionMenjalin sebuah hubungan dengan laki-laki yang masuk dalam kategori buruk namun populer di sekolah bukanlah impian gadis bernama lengkap Chasya Queensha, apalagi jalinan hubungan tersebut bermula dari adanya sebuah permainan. Pada akhirnya akan meni...