"Eh Bentar, aku pengen dinner bentar sama Eunha" ucap Bobby
"HA?!" semua terkejut begitupun dengan Eunha
"Yaudah bye semua" pamit Bobby sambil menarik Eunha
Eunha yang masih tidak mengerti semuanya akhirnya hanya mengikuti Bobby.
15 menit perjalanan menuju caffe tempat Bobby berencana mengadakan dinner mendadak dengan Eunha.
Mereka sampai, Eunha masih bingung. Namun, ia masih urungkan niatnya untuk bertanya. Jadi Eunha diam saja. Bobby juga terlihat belum ingin membicarakannya.
Mereka memesan makanan dan kemudian menyantapnya, tidak ada yang ingin mengangkat sepatah suara pun.
Setelah selesai makan Bobby tak kunjung berbicara dan hari sudah mulai benar benar malam karena rasa penasaran Eunha yang memuncak ia pun bertanya
"Kamu kenapa?" Tanya Eunha.
"Eum, aku mau nanya soal itu" ucap Bobby
"Ha? Itu apa sih? Ga ngerti aku" ujar Eunha
"Soal eum kamu masih inget cincin yang pernah aku kasih ke kamu? Waktu hari jadian kita" tanya Bobby
Untung udah dipake - batin Eunha
"Eh? Iy-iya inget kenapa?" Tanya Eunha balik
"Eum itu sekarang masih kamu pake ga?" Tanya Bobby
Eunha spontan menunjukan tangan kirinya dan disana masih terpampang jelas cincin pemberian Bobby yang sudah bertahan selama 6 bulan disana di jemari manis Eunha. (Yang lupa cincinnya boleh buka lagi part 20)
"Gapapa kan cincin itu bakal diganti tempatnya sama cincin yang lain?" Tanya Bobby
"Pertanyaan macam apa sih itu, ya boleh lah kan cuma cincin yang penting itu kamu" jawab Eunha
Bobby cengo mendengar ucapan Eunha.
What the!!! Siapa si nih didepan gue - batin Bobby
"Bob? Bobby? BOBBY!!!" panggil Eunha yang terakhir sambil dicipratin air. Abis Bobby bengong sih.
"Eh kok basah? Ujan ya?" Tanya Bobby polos abis itu liat Eunha mukanya udah datar trus tangannya megang gelas.
Fix gue disiram- batin Bobby
"Kok bengong?" Tanya Eunha
"Eh enggak" jawab Bobby
"Sayang?" Panggil Bobby
"Hm?" Jawab Eunha
"Kamu pernah ga lepas cincin itu? Soalnya itu berarti banget buat aku" Tanya Bobby
Eunha tertohok mendengar penuturan Bobby
Mampus lo Eunha mampus!! Jujur ga nih?! - batin Eunha
"Eum itu hehe kamu jangan marah ya. Aku ga sengaja. Waktu itu em kan aku masih deket sama Hanbin jadi aku em aku aku copot cincinnya. Tapi bentar doang kok kan ini aku pake lagi hehe" tutur Eunha agar Bobby tidak marah.
Jleebb!!
Kok sakit? Kok perih sih? - batin Bobby
Bobby hanya tertunduk lesu. Eunha? Kalang kabut. Eunha bingung, dia tahu Bobby pasti marah atau malah kecewa?
Eunha mengelus pelan pipi Bobby dan berkata
"Kamu marah sama aku? Atau kecewa?" Tanya Eunha
Bobby ga ngomong sama sekali malah minta bill habis itu di bayar dan cabut gtu aja.
Eunha? Kalang kabut lagi!!
Eunha ngambil tasnya langsung nyusulin Bobby.
Syukur Bobby belum jalan masih nungguin di mobil. Bahkan setelah Eunha masuk Bobby masih diem aja. Abis itu nyalain mesin trus jalan.
Dengan gercep Eunha matiin mobil trus buat Bobby natep dia.
Mereka masih liat-liatan trus Eunha meluk Bobby sambil bilang
"Maaf! Maafin aku, aku ga sengaja. Lain kali aku ga akan lepas cincin pemberian kamu maaf" pinta Eunha dengan masih setia menenggelamkan kepalanya di dada bidang Bobby.
Ini gue kenapa sih kok takut banget Bobby marah- batin Eunha
Bobby perlahan melepas pelukan Eunha.
"Aku ga marah kok" ucap Bobby
Serem anjir!- batin Eunha
Iya! Bobby lagi natep Eunha dengan tatapan dingin.
"Kamu bohong!" Sangkal Eunha
"Enggak" ucap Bobby
"Maaf! Aku takut kamu marah!" Ucap Eunha sambil memeluk Bobby lagi.
Bobby menghela nafas panjang.
Membalas pelukan Eunha"Iya aku maafin jangan diulangi lagi ya sayang" ucap Bobby
Eunha hanya mengangguk di pelukan Bobby.
Bobby perlahan melepas pelukan Eunha
"Udah ya? Kita pulang dulu udah malem. Nanti dicariin mommy ntar aku yang kena marah" ucap Bobby
"Ih! Emang aku anak kecil apa!" Ujar Eunha
Bobby hanya terkekeh menanggapinya sambil menyalakan mobil mereka mulai berjalan pulang.
Diperjalanan pulang Eunha dan Bobby tertawa dan bercanda dahulunya mereka yang terus berdebat kini mulai bercanda.
To be continued💚
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AGREEMENT [SELESAI]
FanficCinta adalah rasa ketertarikan antar lawan jenis. Semua orang tau akan hal itu. Lalu jika suatu hubungan cinta yang didasarkan dari sebuah kesepakatan apa itu benar? Aku mencintaimu namun kau tak pernah percaya akan hal itu. Bahkan disaat aku bena...