🌼𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟏✨

5K 466 29
                                    

Pesta piyama yang di isi oleh ketiga gadis cantik itu berakhir begitu jarum jam menunjuk pada angka ke 12 malam. Terlelap pada posisi ternyaman mereka masing-masing. Ketiga gadis itu benar-benar menghabiskan waktu bersenang-senang semalaman bersama hingga jatuh tidur dengan lelapnya. Melepaskan sejenak beban yang mereka rasakan usai seharian. Terbukti dari damainya wajah-wajah cantik mereka yang tengah terlelap dengan selimut tebal yang menutupi tubuh ketiganya.
.
.
.
Bunyi deringan jam alarm berbunyi dengan nyaring saat jarum jam menunjuk ke arah pukul 7 pagi tepat. Membangunkan sang empu yang masih terlelap dalam tidurnya. Dengan malas, ia menggerakkan tangan kirinya untuk mematikan jam yang berdering itu dengan mata yang masih enggan untuk terbuka.

Ia bangkit, dengan suasana yang teramat malas. Semua dikarenakan tidurnya yang tak nyenyak semalaman. Terlalu banyak pikiran dan suatu hal membuatnya tak dapat tidur dengan nyenyak. Ia mengacak rambutnya kasar, dan bangkit dari tempatnya untuk membersihkan diri.

25 menit berlalu. Chanyeol baru saja keluar dari kamar mandi dengan surai hitamnya yang masih basah dan sebuah handuk yang melilit dibagian perut berototnya. Tetesan demi tetesan sisa air mengalir membasahi perutnya, membuatnya tampak seksi dan ketampanannya bertambah berlipat-lipat pula.

Sebuah baju kasual Chanyeol ambil dari dalam lemari dan ia kenakan pada tubuhnya dengan perlahan agar luka dibagian perutnya tak terasa nyeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah baju kasual Chanyeol ambil dari dalam lemari dan ia kenakan pada tubuhnya dengan perlahan agar luka dibagian perutnya tak terasa nyeri. Tak luput pula sebuah celana santai pun telah ia kenakan untuk menggantikan handuk yang sempat melilit pada bagian perutnya. Kemudian berjalan keluar menuju ke ruang makan untuk menyantap sarapan pagi yang ia yakini telah disiapkan oleh para maid. Kehadirannya dipagi hari itu disambut dengan ramah, namun Chanyeol justru memerintahkan mereka agar meninggalkannya seorang diri. Tak ingin acara sarapan paginya harus dikelilingi oleh para maid yang hanya memandanginya dimeja makan seorang diri. Sungguh, ia benar-benar tampak menyedihkan, namun sayangnya ia baru menyadari akan hal itu.

Suapan demi suapan ia masukkan dan kunyah dalam mulutnya dengan tidak semangat. Tubuhnya berada disana, namun tidak dengan jiwa dan pikirannya yang tengah melayang kemana-kemana. Tak ingin tampak semakin menyedihkan, Chanyeol segera bangkit dari sana. Meninggalkan sisa makanan yang masih tersisa diatas piring.

Langkahnya menuju ke ruang yang ia jadikan sebagai ruang rahasia miliknya dibawah tanah. Lift yang mengantarnya turun menuju ke ruang bawah tanah itu mendarat dengan pelan dan Chanyeol melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke tempat dimana banyak layar monitor yang terpasang disana. Dari balik monitor yang tengah menyala itu, ia bisa melihat kegiatan seseorang yang tengah berkutat pada meja kantornya. Dan sosok yang tengah dirinya intai adalah Baekhyun.

Ya, selama ini Chanyeol mengawasi Baekhyun dari balik CCTV berukuran kecil yang telah Dae-ho pasang disudut atas ruang kerja milik Baekhyun atas perintah Chanyeol ketika mereka mengunjungi kantor Allegro tempo hari yang lalu. Dan tentu saja semuanya tanpa sepengetahuan Baekhyun. Jika saja gadis puppy itu menyadari akan CCTV yang terpasang disudut atas ruangannya, mungkin saja ia akan mengamuk dan mengeluarkan sumpah serapah miliknya kepada Chanyeol. Membayangkannya saja membuat Chanyeol terkekeh pelan dengan sendirinya.
.
.
.
Tumpukan beberapa lembar kertas yang berada di atas meja, membuat Baekhyun harus ekstra fokus dan berkutat pada ruangannya terutama pada pekerjaannya. Tangan-tangan mungil nan lentiknya sibuk mengambil kertas selembar demi selembar, dengan sebuah pulpen yang berada ditangan kanannya pun tak berhenti menorehkan sebuah coretan untuk menandatangani lembaran-lembaran itu. Tak hanya sampai disana, pekerjaannya menjadi 2x lipat lebih sibuk ketika telpon kantornya tak berhenti berbunyi, membuatnya harus menerima panggilan-panggilan itu dengan sabar dan tentu dengan perasaan kesal yang harus ia pendam dalam-dalam.

𝐅𝐋𝐔𝐅𝐅𝐘 𝐋𝐎𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang