Wiro jahil memberi lembaran uang kepada Gilbar setelah lelah bekerja seharian.
"Ini upah buat kamu." Tutur Wiro.
Gilbar mendorong kembali uang tersebut, sebagai tanda menolaknya secara halus.
"Apaan, sih Kakung niki¹, kaya sama siapa aja. Gilbar ikhlas, Kung bantu-bantu di sini." Paparnya.
"Yo wis, Alhamdulillah." Dengan santainya Wiro memasukkan kembali uangnya ke dalam saku. Memang tidak niat juga memberi Gilbar yang sudah lebih dari berkecukupan.
"Tapi yakin beneran ikhlas bantuin Kakung? Bukan karena ada maksud tertentu?" Pancing Wiro.
Gilbar mengerutkan kening. "Maksud, Kakung?"
"Jamanmu sama jamane Kakung emang beda, tapi dari dulu yang namanya orang jatuh cinta itu sama aja, suka cari-cari kesempatan. Kamu suka to sama Zahira?" Tuding Wiro.
Gilbar mengusap daun telinganya sambil tertunduk tidak berani memandang Wiro. "Haduh, kok tau Iki." Gumamnya. Wiro merangkul Gilbar.
"Tenang aja, Kakung dukung seratus persen kamu sama Zahira. Denger ya, Zahira itu cantik orangnya, cantik juga hatinya. Cocok sama kamu yang pinter, bagus², Soleh, sempurnalah kalau sama Zahira."
Gilbar merasa tersanjung dan bangga, namun ia mencoba mengondisikan perasaannya agar tidak terlalu baper dan membuat wajahnya makin merah padam.
"Kalau kamu sama Zahira, Kakung jamin, anak-anakmu nanti jadi generasi hebat, jadi anak-anak yang soleh-soelehah, sukur-sukur anak-anakmu kelak jadi Satrio piningit yang jadi pemimpin negeri ini."
"Aamin..aamin," batin Gilbar yang sepertinya sesaat lagi akan terbang.
"Kakung Ki, pripun maksud e?"³ Gilbar makin salah tingkah.
"Wes jangan lama-lama, Kakung janji, nanti kalau kamu jadi sama Zahira, tak sponsori catering-nya."
Gilbar mendadak jadi seperti emak-emak yang kedoyanan diskon.
"Diskon berapa persen, kung?" Selidik Gilbar. Lumayan kan 😆
"Nggak pake diskon-diskonan, gratis...tis..tis..tis!" tegas Wiro.
Salah tingkah benar-benar membuat Gilbar seakan terserang ulat bulu. Setelah tadi daun telinganya, kini giliran tengkuknya yang ia garuk. "Wong Gilbar ngomong ke Zahira aja belum kok, main dapet sponsor aja." Gumamnya mengeluh.
"Berarti bener to kamu suka sama.." pertanyaan Wiro terputus karena terdengar suara Zahira.
"Kung!" Panggil Zahira lembut.
"Iya, Zaa."
Tebak siapa yang menyahut! Iya Gilbar.
Zahira membulatkan mata, bingung karena malah Gilbar yang menjawab. Entah ia yang salah panggil atau Gilbar yang salah dengar.
Wiro pun antara maklum dan heran. Orang jatuh cinta mah begitu, apa-apa pakai hati, lihat pakai hati, dengar pakai hati, nanti lama-lama jalan juga pakai hati.
"Maaf, Pak. Saya manggil Kakung." Jelas Zahira sungkan.
Gilbar baru menyadari itu. Jadi sebelum ia semakin malu, Wiro pun langsung menyambut panggilan Zahira tadi.
"Iya, Zaa gimana?"
"Zaa pamit pulang dulu ya, Kung." Zahira mencium tangan Wiro, kemudian segera berjalan, namun Wiro segera menghentikannya. Zahira yang dicegat, malah Gilbar yang deg-degan.
"Bentar, Zaa." Wiro mengeluarkan lembaran uang yang tadinya akan ia berikan pada Gilbar.
"Ki buat kamu." Kata Wiro.
Di luar dugaannya, Zahira bersikap sama seperti Gilbar tadi.
"Nggak, Kung. Zaa ikhlas." Terang Zahira.
"Ikhlas piye? Kamu di sini kerja, dan sekarang kamu kerja melebihi batas waktu biasanya, ya Kakung kasih tambahan."
"Kung, selama ini Kakung udah kasih kelonggaran Zaa buat kuliah sama kerja, ini ngga seberapa besar dibanding sama yang udah Kakung kasih ke Zaa."
"Terus...?"
"Zaa ngga bisa terima uangnya, bantuin Kakung udah bisa bikin Zaa seneng kok."
Tanpa disadari Zahira, Gilbar tersenyum lekat memandangnya penuh rasa kagum. Dalam hati ia berujar bahwa wanita seperti inilah yang harus menjadi ibu dari anak-anaknya nanti.
"Yo wis kalau ngga mau, tapi mulai sekarang kamu juga ngga perlu bantu-bantu di sini lagi."
"Loh! Zaa dipecat, Kung?" Zahira terkejut, begitupun Gilbar juga turut terkejut.
"Habisnya kamu ngeberatin Kakung ngga mau dibayar. Inget, Nduk! Beri upah pekerjamu sebelum keringatnya kering. Bayar telat aja ngga boleh, apalagi ngga dibayar sama sekali."
"Zaa ikhlas, Kung."
Wiro kembali menyodorkan uangnya dan Zahira terus mencoba menolaknya.
"Bonus dari ikhlasmu."
"Kung."
"Pilihanmu cuma dua: ngga terima atau ngga bantu-bantu di sini lagi."
Zahira menahan nafas sejenak, tidak ada lagi yang bisa ia katakan, jadi dengan sangat terpaksa ia pun menerima uang itu.
"Ya udah deh kalau maksa terus. Makasih ya, Kung, insya Allah berkah."
"Aamin."
"Zaa pamit." Zahira berniat mencium tangan Wiro lagi.
"Mau dianter?"
Zahira terkikik geli. "Kakung Ki, emang Zahira anak kecil sampai harus dianterin kakung segala."
"Bukan Kakung, tapi.." Wiro menyikut Gilbar hingga membuatnya terkejut. " Iya mau.."
Gilbar tersentak. "Eh maksudnya, boleh kalau Zahira mau bareng." Lanjut Gilbar gugup.
"Makasih, Pak. Tapi nggak perlu saya udah bawa sepeda sendiri soalnya." Tolak Zahira sopan. Kemudian ia mencium tangan Wiro lalu segera pamit dan kali ini benar-benar pergi. "Zaa pamit dulu ya, Kung. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Balas Gilbar dan Wiro serentak.
Gilbar meratapi kepergian Zahira Sampai di depan pintu. Apakah terlalu lebay jika Gilbar merasa separuh jiwanya hilang? Dan tetiba di depan matanya sudah ada tangan Wiro seakan minta dicium.
"Gilbar kan durung⁴ pamit pulang, Kung? ngusir?" Selidik Gilbar bingung.
"Bukan gitu. Tangane Kakung ini barusan dicium Zahira, dua kali, gak iri apa kamu? Tapi sabar, belum waktunya. Jadi ini mupung masih nempel."
Gilbar mengerenyit bingung. Kenapa Wiro bisa punya pikiran konyol itu. Tapi Gilbar mungkin lebih konyol lagi karena menyambut kekonyolan tersebut. Dirinya sungguhan mencium punggung tangan Wiro.
"Lumayanlah nyicil." Ujarnya.
Wiro tertawa pelan. " Jadi kapan disaahne?"
Gilbar kembali menggaruk tengkuknya. "Eh..."
"Apa perlu mediator?" Tawar Wiro.
"Emang debat?" Serang Gilbar. "Jadi kan sponsor?"
"Yang penting sebar undangan dulu!"
"Aamiin."
Senangnya dalam hati kalau ada yang baik mendukung keinginan kita.
![](https://img.wattpad.com/cover/163148219-288-k607387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)
General Fiction" Ceritanya bagus tapi gilbarx itu lo bikin gemes gk gentle banget " @bundaqobil " Bagus banget... Di setiap bab pasti ada ilmu yg tertera di dalamnya😍😍😍 " @LulukKurniawan03 " Bagus kok aku suka. Cara penyampaian dan penulisannya jg bagus. Aku bi...