Entah karena hujan semalam turun dengan derasnya atau karena itu juga listrik mati dan menyebabkan kepalanya terbentur atau bagaimana, pagi ini, Rani sangat aneh, begitu yang dipikirkan Gilbar dan Muji tentangnya.
Gilbar bingung melihat ibunya yang sejak tadi senyam-senyum sendiri melihatnya. Muji lebih bingung lagi dengan sikap sang istri yang sudah seperti ini sejak habis subuh tadi.
"Iki Lo, ibuk bikinin makanan kesukaanmu." Ujar Rani saat menyiapkan nasi beserta lauk pauknya ke piring Gilbar. Gilbar pun baru sadar kalau makanan yang terhidang di meja adalah makanan favoritnya. Mulai dari ayam kecap, tumis kangkung, tempe tahu, dan sambal tomat.
Gilbar sesekali berpandangan dengan Muji. Mata kedua orang itu seakan-akan bertanya: 'Kenapa dengan Rani?' Dan seakan sama-sama menjawab : 'TIDAK TAHU'
"Heh! Ayo dimakan. Malah bengong." Rani sudah duduk di kursinya dan bersiap untuk makan.
Gilbar dan Muji seperti maling yang baru saja ketahuan. Mereka terkejut menyadari piring mereka telah terisi makanan. Sejak tadi memikirkan apa yang terjadi pada Rani membuat keduanya sampai tidak sadar makanan telah siap.
Langsung Gilbar dan Muji menggenggam sendok hendak makan. Tapi lagi-lagi Rani menghentikan keduanya.
"Heh! Baca doa dulu!" Peringat Rani. Gilbar dan Muji meletakkan kembali sendok mereka dan mulai berdoa.
Setelah berdoa..
Gilbar dan Muji belum menyentuh sendok makan mereka lagi. Kali ini Muji memberanikan diri bertanya pada istrinya apa yang terjadi hingga ia bersikap seperti sekarang ini.
"Ibuk kenapa?" Tanya Muji.
"Ngga kenapa-napa. Kenapa to emangnya?"
"Kok tumben hari ini semua makanan kesukaan Gilbar dimasakin, ibuk nggak lupa kan sama ulang tahun anak sendiri. Nggak ngira kalo hari ini to?"
Gilbar menyimak.
"Yo nggak lah, Ibuk yang lahirin kok."
"La terus ini kenapa?"
"Yo kan bentar lagi Gilbar nikah, jadi mupung belum, Yo apa salahnya ibuk masakin, nanti kan makan masakan istrinya."
"Ibuk bukan mau jodohin Gilbar sama perempuan-perempuan di foto waktu itu kan?" Rutuk Gilbar sambil memotong sayap ayam dengan sendoknya. Lalu mulai makan.
"Endak. Ndak perlu dijodohin, bentar lagi juga kamu dapet jodoh."
"Aamiin." Sahut Gilbar yang entah kenapa langsung terbayang wajah Zahira.
"Aamiin." Tambah Muji, walaupun masih bingung, malah bertambah bingung. "Kok yakin banget, Buk?"
"Soal e, Pak. Semalem Ibuk mimpi waktu kita nikah dulu kan jalan-jalan pertama naik ontel berdua, lah semalem ibuk mimpi liat Gilbar yang naik sepeda itu boncengin perempuan."
"Uhuk..huk..huk!" Gilbar Sampai tersedak mendengar cerita Ibuknya. Cepat-cepat ia minum dan mengajukan pertanyaan soal mimpi Ibunya.
"Sepedane warnane nopo, Buk? Pink?" Selidik Gilbar berharap.
Sepertinya Muji harus mencatatkan pagi ini sebagai pagi paling membingungkan selama ia hidup. Tadi istrinya, sekarang anak sulungnya bergantian membuatnya bingung. Karena kalau Muji jadi Gilbar ia akan menanyakan seperti apa perempuan dalam mimpi ibunya, bukannya malah menanyakan warna sepedanya.
"Opo enek ontel warna pink?" Heran Rani.
Gilbar berpikir. Ah konyol sekali, kenapa tadi dia lupa ibunya menyebut ontel.
KAMU SEDANG MEMBACA
mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)
Narrativa generale" Ceritanya bagus tapi gilbarx itu lo bikin gemes gk gentle banget " @bundaqobil " Bagus banget... Di setiap bab pasti ada ilmu yg tertera di dalamnya😍😍😍 " @LulukKurniawan03 " Bagus kok aku suka. Cara penyampaian dan penulisannya jg bagus. Aku bi...