menggantung

2.4K 136 10
                                    

Terinspirasi dari komen-komen readers tercintanya akuh nih judul part ini😝😝 maafkan author amatiran ini yak, yang selalu gantungin kalian😔😔

==============================

Zahira bersama Septi pulang dengan menuntun sepeda masing-masing. Selama di jalan, Septi terus bertanya pada Zahira untuk mengupas tuntas siapa Gilbar. Tapi ada hal yang sangat membuatnya penasaran.

"Oh namanya Gilbar, bagus, unik. Aku baru denger, kayanya cuma satu di dunia," ujar Septi. "Tapi masa, sih dia dosenmu, wong kelihatannya masih muda banget, jadi anak kuliahan juga masih pantes."

"Emang masih kuliah, S2 jurusan sejarah. Pak Gilbar itu Asisten Dosen pernah ngajar aku sebulan." Jelas Zahira malas, karena ia tahu Septi akan bertanya lebih banyak.

"Wuih keren, udah namanya bagus, orangnya ganteng, pinter lagi. Kalau kata Ed Sheeran, Perfect." Sanjung Septi. Zahira tidak menanggapi, namun ia setuju.

"Tenang aja, Zaa aku ngga niat jadi pagar makan tanaman kok."

"Pagar makan tanaman gimana?"

"Nikung..nikung! Yah yah!"

"Maksud e nikung?" Heran Zahira.

Kesallah Septi. Kenapa pula Zahira itu lemot dan tidak segera paham.

"Pak Gilbarmu itu."

"Pak Gilbar-ku jare¹." Balas Zahira ketus.
Kalau saja perasaan kesal bisa diukur dengan termometer maka suhu kekesalan Septi pasti mencapai 120 derajat Celcius, sudah meledak juga itu termometer-nya.

Padahal menurut penelitian, perempuan mempunyai 20.000 lebih kosakata dalam sehari, jauh lebih banyak dari laki-laki, tapi sepertinya tidak berlaku bagi Zahira. Sudah ngomong satu buku, jawabannya cuma selembar. Tapi untungnya Septi sudah terbiasa dengan sikap Zahira ini.

"Yakin cuma sebatas asisten dosen?" Selidik Septi.

"Kalau soal itu, cuma Profesor Haryan yang tahu."

"Siapa tuh?"

"Dosenku yang jadiin Pak Gilbar asistennya."

"Hubungannya?"

"Ya barangkali Profesor Haryan anggep Pak Gilbar anaknya."

"Barangkali calonmu maksudku." Kata Septi penuh penekanan.

"Siapa?"

"Pak Gilbar." Septi menekankan.

"Calon Dosen beneran?"
Sudah cukup. Pusing Septi mau bagaimana lagi menjelaskan ke Zahira.

"Mbuh, Zaa! Sak karepmu!"² Seru Septi kesal.

Zahira sangat paham maksud Septi bahkan sejak awal memulai pembicaraan mengenai Gilbar. Zahira  tahu bahwa Septi akan membawa pembicaraan ke arah situ. Itu merupakan hal yang paling Zahira tidak sukai. Jadi kalau sudah begitu ia akan berpura-pura polos, tidak mengerti agar membuat lawan bicaranya kesal, dan dengan sendirinya menyudahi pembicaraan.
Cerdas, jahil, atau jahat?

mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang