RUMIT💹💹

2.2K 134 4
                                    


Seperti Roller coaster. Begitulah yang menggambarkan keadaan Gilbar sekarang ini. Kurang lebih satu jam bersama Zahira, mengobrol akrab, bahkan Gilbar cukup senang bisa melihat Zahira  kebaperan. Namun semua berubah dalam beberapa menit.

Wiro yang mendengarkan curhatan Gilbar pun turut prihatin, bukan karena perlakuan yang diterima Gilbar, sebaliknya ia menyesalkan sikap Gilbar yang menurutnya tidak manly sama sekali.

"Zahira malah bilang ngga mau ketemu sampai Gilbar jelasin semuanya." Tandas Gilbar.

"Ya udah, tinggal ngomong," sahut Wiro terdengar sinis di telinga Gilbar. "Jamannya Kakung, kalau ada laki-laki suka sama perempuan langsung samperin ke rumah, nikah, selesai, mulai berumah tangga!”

"Jaman e kakung sama jaman Gilbar beda."

"Iya Kakung hidup di zaman penjajahan, dididik menjadi berani dan sadar bahwa ngga ada yang bisa berjuang sendiri,

"Lah kamu, hidup di masa reformasi, masa-masa tinggal menikmati kemerdekaan sampai Cinta, Rindu, patah hati dinikmati sendiri."

DEZZ!

Ngena sekali di hati Gilbar. Dengan perasaan malu sekaligus kagum Gilbar mengacungkan jempolnya ke hadapan Wiro. "Mantul, Kung!"

"Montal mantul emang bola bekel!" Protes Wiro.

"Mantul itu singkatan dari mantap betul, Kung." Jelas Gilbar.

"Oalah."

"Kakung gimana to, katanya paham kaya apa anak muda sekarang giliran istilah mantul aja ndak tahu."

"Yang penting kakung ngga cemen." Semprot Wiro.

"Intinya, Le. Masalahmu bakal selesai kalau kamu berani jujur. Zahira emang belum tentu terima lamarannya, tapi dia pasti terima kejujuranmu. Soal jodoh, itu urusan Allah." Tutur Wiro lembut.

Jodoh adalah urusan Allah, jodoh pasti bertemu. Tidak ada manusia yang buta mengenai itu. Tapi entah mengapa masih banyak khususnya anak muda yang pacaran dengan alasan kasih sayang, padahal itu hanya alasan dari takut kehilangan takut ia diambil orang, jadi dianggapnya pacaran sebagai sebuah ikatan dan hubungan.

Padahal yang pacaran banyak  yang ujung-ujungnya jadi tamu undangan—viral di media sosial.

Yang jomblo, posting status dimana-mana berharap calon imam atau istri yang ini yang itu, yakin akan dapat yang terbaik, tidak masalah, tapi buat apa? Bukankah Allah sudah pasti mendengar dan mengetahui? apa harus juga semua manusia tahu buat apa?

"Udahlah, Le. Utarakan perasaanmu. Kalau emang Zahira bukan jodohmu, pasti ada ganti yang lebih baik." Ungkap Wiro.

Ungkapan yang bukannya menenangkan malah menakutkan di pendengaran Gilbar. Tapi ia mengakui itu benar.

Segala hal tentang cinta memang ruwet, seperti yang saat ini Gilbar rasakan, ia tak punya keberanian untuk mengungkapkan, namun hatinya takut kehilangan, RUMIT.


🚲🚲🚲

Di tempat lain, hal serupa juga dirasakan Zahira. Tentu saja, siapa yang tidak akan merasa bingung jika berada di posisi Zahira sekarang? Untuk pertama kalinya, ia harus menghadapi sikap aneh seseorang laki-laki padanya.
Zahira juga terlalu tertutup untuk meminta pendapat orang lain, karena pasti kebanyakan akan mengatakan jika Gilbar menyukainya.

mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang