Dendam Pernikahan 12

22.9K 1.5K 109
                                    

Dendam_Pernikahan
Part. 12

💔💔💔

Adakalanya, yang dimiliki akan hilang dalam sekejap. Pergi tanpa permisi. Mau tidak mau, rela tidak rela, harus tetap ikhlas menjalani. Karena sejatinya, semua hanyalah titipan Sang Illahi. Namun, setidaknya hal ini membuat Daffa sedikit membuka hati untuk Aira. Ada kehangatan dan kebahagiaan tersendiri saat Daffa mulai memperlihatkan tanggung jawab juga perhatian.

Aira bahagia, meski hidup dalam kesederhanaan. Di rumah kecil ini, ia akan menjalani kehidupan baru bersama suami. Mungkin saja Allah memberinya kesempatan untuk mengambil hati sang suami dengan kesetiaan juga rasa sayang yang tulus apa adanya. Diiringi dengan doa, semoga Allah mau membukakan hati Daffa untuknya.

Aira tersenyum dan menghela napas panjang saat semua ruangan telah bersih dan rapi. Rumah yang hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, ruang makan, dan ruang tamu dengan kursi kayu itu sudah layak ditempati. Meski sangat jauh berbeda  jika dibandingkan dengan rumah sebelumnya. Tidak jadi mengapa bagi Aira, asal ada kehangatan yang tercipta setiap hari nantinya.

“Aira!” teriak Daffa dari dalam kamar mandi yang terletak di samping dapur.

“Iya, Bang!” Aira meletakkan serbet bekas mengelap meja ke sembarang arah lalu segera berjalan ke kamar mandi.

“Aku lupa bawa handuk. Tolong ambilkan.”

“Iya tunggu sebentar.” Aira langsung ke kamar, mengambil handuk biru di lemari dan segera kembali. “Ini, Bang.” Ia mengetuk pintu, tapi saat pintu dibuka, bukan hanya handuk yang diambil oleh Daffa, tapi tangan Aira diseret masuk juga.

“Abang ngapain?” pekik Aira menutup wajah dengan tangan.

Daffa terkekeh. “Kamu ini kenapa masih malu aja sih? Bukannya sudah biasa lihat aku begini?”

“Iya, tapi Abang mau ngapain?”

“Mau mandiin kamu.” Daffa membuka tangan Aira yang menutup wajah. “Biar seger. Pasti capek ‘kan bersih-bersih dari pagi. Kita mandi, terus keluar cari makan. Oke?”

“Iya, tapi Abang keluar dulu, gantian Aira yang mandi.”

“Ya sudah mandi saja sekarang.” Daffa tak kuasa menahan tawa melihat rona merah di wajah Aira.

“Gak mau, nanti gak jadi mandi kalau Abang di sini. Abang pakai handuknya terus keluar dulu.” Aira menutupi tubuh Daffa dengan handuk yang justru membuat lelaki itu semakin terbahak.

Aira tersenyum malu menutup wajah saat Daffa sudah keluar dari kamar mandi. Jahilnya Daffa saat menggoda, jelas membuat jantungnya seakan berdetak sangat cepat. Ia menekan dada dengan senyum mengembang. Baru saja ingin membuka kerudung, ia dikejutkan dengan suara notif ponsel yang berbunyi berkali-kali. Aira menoleh dan melihat celana Daffa tergantung di dinding. Memberanikan diri merogoh ponsel di saku celana dan membukanya.

Ada beberapa pesan whatsapp dari Azril. Namun, Aira sama sekali tidak membuka pesan itu. Saat ingin kembali meletakkan ponsel ke saku celana, entah apa yang membuatnya ingin sekali melihat isi galeri. Banyak foto Daffa bersama Azril dan Andreas entah dari zaman kapan, juga banyak sekali foto berbagai jenis gambar kopi, ada juga foto-foto kedai lama.

Aira tersenyum dan hampir asyik melihat berbagai jenis foto. Namun, senyumnya seketika menghilang saat menemukan satu foto wanita cantik berkacamata dengan rambut panjang tergerai, tersenyum lebar bersandar di bahu Daffa. Napas Aira seakan berhenti saat menatap foto tersebut cukup lama. Kemudian menggeser dan menemukan secangkir kopi latte dengan gambar ukiran nama ‘Nada’ di sana.

Dendam Pernikahan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang