Dendam_Pernikahan
Part. 16💔💔💔
Preman tersenyum penuh kemenangan. Pisau belati itu diangkat tinggi-tinggi. Tajamnya jelas terlihat saat cahaya lampu menerpa. Lancip dan siap menghunus tubuh Daffa saat itu juga.
“Abang ketusuk?” Reflek, tangan Aira menyentuh dada dan perut Daffa. Memastikan tidak ada bekas luka di sana.
Daffa tersenyum. “Tidak. Ada yang nolongin aku waktu itu.”
“Siapa?”
*
‘Kumohon … kumohon … kumohon!’ batin Daffa menjerit berharap ada pertolongan. Keringat dingin sebesar biji jagung keluar dari pelipis. Tubuhnya lemas. Menggigil.
Tubuh Daffa terjerembat karena cengkeraman di bajunya terlepas tiba-tiba. Ia meringis dan membuka mata. Terbelalak saat ada seorang pemuda seumurannya mencengkeram tangan preman yang memegang pisau.
Lelaki itu memelintir tangan preman hingga pisau terlepas. Kemudian membanting tubuh preman tanpa ampun. Para preman lainnya tanpa pikir panjang, menyerang keroyokan. Lelaki berjaket kulit hitam itu mundur beberapa langkah menjauh dari Daffa. Dan terjadilah baku hantam di remang-remang lampu jalan yang sepi.
Lelaki itu seperti seorang petinju handal. Mampu menghabisi lawan yang jauh lebih banyak. Meski ia pun terkena pukulan dan tendangan beberapa kali, tapi pada akhirnya mampu membuat para preman itu lari karena tak mampu melawan lagi.
Daffa memicingkan mata mencoba menatap wajah lelaki itu. Tidak terlalu jelas, karena memang pandangannya sedikit buram. Kepala berdenyut sangat sakit. Wajah perih. Seluruh tubuh seakan tiada tenaga lagi. Ia berusaha berdiri meski sempoyongan.
Lelaki itu menepuk kedua tangan seolah menghilangkan kotoran yang menempel. Kemudian berbalik dan segera membantu Daffa untuk berdiri tegak. Tanpa pertanyaan basa-basi atau persetujuan, lelaki itu membopong Daffa menuju motor yang terparkir tak jauh dari sana.
Lelaki itu membawa Daffa ke indekost sederhana di daerah tak jauh dari kampus. Merebahkan tubuh Daffa ke kasur busa tanpa ranjang. Melepas jaket dan melempar ke kursi kayu. Kemudian mencari kotak obat di laci bawah lemari. Daffa hanya diam memerhatikan.
“Bisa duduk? Gue obatin luka lo dulu.” Lelaki itu meletakkan kotak obat di samping ranjang, lalu melangkah menuju lemari, mengambil kaus.
“Ganti kaus lo dulu.” Lelaki itu melempar kaus le arah Daffa. Ia sendiri membuka baju lalu mengganti dengan kaus biru tanpa lengan.
Entah apa yang membuat Daffa menurut begitu saja. Ia duduk dan membuka baju, mengganti dengan kaus yang diberikan lelaki asing di hadapannya.
“Gue bisa obatin sendiri.” Daffa mengambil alih kotak obat yang dibuka oleh lelaki itu. Tidak mau merepotkan orang yang tidak dikenalnya.
“Bagus kalau gitu.” Lelaki itu berdiri, mengambil cermin kecil di meja dan memberikannya kepada Daffa.
“Ya Tuhan!” Daffa mendesis saat melihat wajahnya yang carut marut penuh lebam dan darah.
Lelaki itu tertawa kecil. “Lo harus banyak latihan bela diri kalau masuk gang di sana.” Ia mengambil botol air mineral di meja. “Atau kalau lo emang sengaja mau bunuh diri kayak tadi.”
“Mereka ngerampas semua duit gue.” Daffa meringis saat kapas basah alkohol menyentuh kulit wajahnya.
“Duit hasil judi?” Lelaki itu menyeringai.
![](https://img.wattpad.com/cover/181888555-288-k284073.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan (Selesai)
General FictionDaffa Rayhaan Shakeil, lelaki 30 tahun yang baru saja menikahi seorang gadis 24 tahun bernama Humaira Chandani. Kisah rumah tangga baru yang penuh lika-liku karena sang suami masih terjerat rasa oleh mantan kekasih yang meninggalkannya untuk menikah...