Dendam Pernikahan 1

40.3K 1.7K 80
                                    

Dendam_Pernikahan
Part. 1

💞💞💞

Daffa menghembuskan asap rokok ke udara bersama helaan napas berat. Duduk bersandar di kursi ruang kerja dengan kaki di meja. Sudah satu jam lebih ia termenung sendiri, memikirkan segala hal tentang rumah tangganya ke depan. Pertengkaran dengan istrinya barusan, membuatnya semakin ragu untuk melangkah lebih jauh.

"Masuk!" serunya mempersilakan seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk ke ruangan bernuansa putih bersih itu. Ruang kerja sederhana di belakang kedai kopi miliknya sejak tiga tahun lalu.

"Bos, kedai udah tutup, kita mau pada pulang nih." Karyawan wanita berucap setelah membuka pintu.

"Ya pulang aja. Gak usah dikunci."

"Oke. Makasih, Bos. Selamat malam."

Daffa hanya mengangguk sebagai jawaban. Baru beberapa menit pintu ditutup, kini telah kembali dibuka oleh dua lelaki seumurannya. Andreas dan Azril, sahabat sejak masa kuliah dan akhirnya memulai bisnis kedai kopi bersama. Sekarang, sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di seluruh kota Jakarta.

"Pengantin baru udah masuk kerja lagi nih ceritanya? Tapi malem-malem ngapain malah ke sini, bukannya leha-leha bareng istri?" celetuk Andreas sambil menutup pintu.

"Tau nih. Mana nyuruh kita ke sini pula. Acara gue buat pacaran gagal jadinya," sahut Azril. Kemudian keduanya duduk di sofa kecil yang terletak di samping kanan.

"Suntuk gue di rumah." Daffa menghisap rokok lalu melempar ke asbak. Menurunkan kaki dan berdiri.

"Jiah pengantin baru suntuk kenapa? Susah jebolin gawang apa gimana nih? Makanya nurut sama saran gue. Banyakin nonton film Jepang, Bos!" Azril mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Ntar gue kirimin yang banyak. Ajak deh tuh si Aira buat nonton, terus praktekin."

"Eh perkedel tempe!" Andreas menyepak kaki Azril. "Lo mending buruan kawin deh, biar otak lo isinya gak cuma selangkangan doang."

"Dikira gue gak mau kawin apa? Emak gue di rumah juga udah berisik banget minta mantu. Lah si pacar gue 'kan masih SMA. Nunggu dia lulus dulu ntar baru gue kawinin."

"Dasar pedofil! Gak inget umur apa lo? Udah tua juga masih nyari yang belum mateng."

"Gue belum ada 30 ini. Lah lo juga belum kawin."

"Berisik!" bentak Daffa dan langsung membuat keduanya terdiam. "Gue nyuruh kalian ke sini bukan buat nambah emosi gue!"

"Sorry sorry." Andreas mengangkat kedua tangan di depan wajah.

"Iye, Bos, iye, gak berisik lagi. Andreas noh yang mulai." Azril nyengir dan langsung mendapat sepakan oleh Andreas.

"Ya udah buruan, mau curhat apaan? Kita dengerin, kalau bisa ya ntar kita bantu cari solusi." Andreas kembali berkata. Sudah hafal betul tentang Daffa, yang selalu meminta saran dan solusi tentang masalahnya.

Daffa masih mondar-mandir dengan kedua tangan masuk di saku celana. Kemudian berhenti sejenak di depan kedua temannya. "Menurut kalian, apa gue salah kalau gue belum siap punya anak?" tanyanya langsung ke pokok permasalahan yang mengganggu pikiran.

"Ya nikah kalau kagak mau punya anak mau ngapain, Bos?" sahut Azril langsung.

"Gue bukan gak mau, tapi gue belum siap!" Daffa melotot ke arah Azril.

"Gak siap kenapa? Karena trauma sama masa lalu lo?" tanya Andreas hati-hati.

Daffa menghela napas panjang dan mendongakkan kepala. "Kalian tau sendiri gimana keadaan keluarga gue. Pecah! Akibat perceraian orangtua, anak yang jadi korban. Dan gue gak mau itu sampai terjadi dengan rumah tangga gue."

Dendam Pernikahan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang