Dendam Pernikahan 5

26K 1.2K 61
                                    

Dendam_Pernikahan
Part. 5

💔💔💔

Mobil BMW hitam milik Andreas telah terparkir di pinggir jalan seberang gedung perusahaan. Sebelah kiri ada berjejer restoran, juga ada minimarket berdekatan. Andreas, Daffa, dan Azril memerhatikan sekitar. Terlihat cukup ramai, karena tak jauh dari sana, ada gedung pabrik biskuit.

“Gimana menurut lo? Di sini ramai banget. Kalau kita buka cabang di sekitar sini, bakalan ramai pembeli. Gue jamin,” ujar Andreas semangat.

“Boleh juga sih. Tapi mau di sebelah mana?” sahut Azril yang duduk di jok belakang, matanya masih mengitari berbagai sisi daerah tersebut.

“Di sini.” Andreas menoleh ke samping, tempatnya parkir memang ada ruko kecil sudah lama kosong.

“Gak kekecilan, Ndres?” Azril kembali menanggapi.

“Nanti bisa dibikin tingkat dua kayak cabang di Kelapa Gading. Gue yang desain ntar. Dijamin bakalan rame pokoknya,” jawab Andreas mantap.

Azril mengangguk-angguk, sedangkan Daffa sedari tadi hanya diam dengan ekspresi datar.

“Eh, Fa!” Andreas menepuk lengan Daffa yang duduk di sampingnya. “Lo sariawan apa gimana? Gak ada omongnya sama sekali dari tadi?”

“Roman-romannya bakal kagak enak nih jawabannya,” celetuk Azril.

Tatapan Daffa semakin tajam ke arah restoran. Ada seorang wanita bersama lelaki yang menggendong anak perempuan usia sekitar dua tahun baru keluar dari restoran, ketiganya berjalan ke mobil Jazz abu-abu yang terparkir. Rahang Daffa mengeras dengan deru napas memburu saat melihat mereka bercanda dan tertawa. Seolah hal tersebut sedang dipamerkan padanya.

Andreas mengikuti arah tatapan Daffa, lalu mendengkus kasar. “Gak usah segitunya juga kali ngeliatinnya. Liat mantan bahagia sama keluarganya napa lo kepanasan begini?”

“Pergi dari sini sekarang juga!” perintah Daffa tegas tanpa menoleh.

“Pergi? Gimana sih? Kita ke sini buat liat lokasi cabang baru.”

“Apa menurut lo gue akan setuju?” Daffa menoleh dan menatap tajam.

“Please deh, Fa. Lo bedain urusan perasaan sama bisnis. Lo gak setuju buka cabang di sini kenapa, hah? Karena lokasinya deket sama restoran milik suaminya Nada? Iya ‘kan?”

“Gak usah banyak omong! Buruan jalanin mobilnya dan pergi dari sini sekarang juga!” ujar Daffa penuh penekanan di setiap kata.

“Gue bukan sopir lo!” jawab Andreas tak kalah tegas. “Mau sampe kapan lo terjebak sama masa lalu? Lo itu udah nikah, udah punya Aira! Dan sikap lo yang kekanakan kayak gini, jelas nunjukin kalo lo masih punya perasaan sama Nada!”

“Gak usah ceramah! Tau apa lo tentang perasaan gue!”

“Terserah!” tukas Andreas cepat. “Gue bawa lo ke sini bukan buat debat tentang perasaan lo! Gue mau kasih liat lokasi strategis ke elo. Paham?”

“Masih banyak lokasi strategis di Jakarta ini! Gue bilang gak setuju buat buka cabang di sini. Harusnya lo paham!”

“Gue gak paham sama jalan pikiran lo! Kalau lo gak mau ada di sini, gak masalah. Gue yang bakal buka, gue yang atur, dan gue yang urus cabang di sini.”

“Gue gak setuju! Cari lokasi lain!”

“Jangan kekanakan bisa gak, Fa! Gue ngajak lo ke sini, karena gue ngehargai lo sebagai pemimpin usaha kita! Tapi bukan berarti lo bisa bersikap sok bos dan seenaknya sendiri!”

Dendam Pernikahan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang