V

3K 343 44
                                    

"Selamat pagi ayah, ibu."

"Pagi Nayeon."

Cup

Cup

Gadis deepan belas tahun itu mencium pipi kedua orang tuanya, lalu duduk di kursinya.

"Minggu depan kau mulai ujian sayang?" Tanya sang ibu.

"Iya bu. Tak masalah. Tak begitu berpengaruh ujiannya. Aku, kan sudah dapat kampus."

"Anak ayah memang pintar," kata sang ayah sambil mengacak poni Nayeon.

"Ayah! Tatanan rambutku rusak!" Protesnya sambil meniup poninya.

"Cepat sarapan! Nanti kau ketinggalan bis." Kata sang ibu.

Nayeon segera melahap sarapannya dan meminum susunya, setelah itu kembali mencium kedua pipi orang tuanya dan berangkat ke sekolahnya.

Nayeon berjalan dengan semangat. Minggu depan baru ujian. Tapi dia sudah dapat kampus. Syukurlah. Tidak sia-sia dia belajar dengan rajin. Sebenarnya tidak masalah jika Nayeon belum dapat kampus. Toh, ayahnya mampu menyekolahkan dia ke universitas terbaik di Korea. Sayangnya, Nayeon tidak ingin begitu.

Ketika teman-temannya merengek meminta fasilitas pada orang tuanya, Nayeon malah menolaknya. Lebih memilih menikmati keramaian kota dengan pergi pulang menggunakan bus daripada diantar supir atau ayahnya.

"Nayeeeooonnnie!"

Itu dia sahabatnya, Minatozaki Sana. Gadis asal Jepang yg sejak SMP menjadi teman sebangkunya. Dia langsung berhambur memeluk Nayeon.

"Sana! Ada apa?"

"Utututu... Princess Nayeon. Kau dapat titipan surat lagi."

"Dari siapa?" Tanya Nayeon.

"Kang Daniel."

Nayeon menghembuskan nafas.

"Sinikan suratnya. Kau sudah baca?"

"Tentu belum. Aku menjaga privasi kalian. Hihihi..."

Sana mengeluarkan sebuah amplop berwarna merah muda dari tasnya, lalu memberikannya pada Nayeon.

"Saranku, kau buka hatimu untuk Daniel. Daripada secret admirer mu yang tidak jelas itu," kata Sana.

"Entahlah. Aku tidak tertarik dengan Daniel. Aku masih tetap penasaran dengan orang itu. Kira-kira dia siapa? Dia benar-benar misterius. Aku penasaran sekali dengannya."

"Ck. Bagaimana kalau dia itu hantu, psikopat atau semacamnya?"

"Kalau dia psikopat, pasti dia sudah menculikku. Buktinya, aku disini."

"Kau tau san, rasanya sangat aneh. Aku malah menyukai orang yg tidak jelas seperti dia. Kenapa ya?" Tanya Nayeon sambil tersenyum, menopangkan dagunya pada tangannya.

"Saat aku memejamkan mata, tak lama ada angin. Wush... dan ketika ku membuka mata, hihihi... sudah ada bunga, coklat, lollipop. Lalu dia menulis, semangat Sweety, jangan sedih sweet heart. Heum... bukankah dia romantis?"

Sana memuta bola matanya. "Ayolah Nay. Apa yg romantis dari orang misterius sepertinya?"

"Entah. Tapi aku menyukainya. Kemarin dia memberiku jepitan rambut. Kau lihat. Bukankah ini cocok denganku?" Tanya Nayeon sambil menunjukan sebuah jepitan rambut yg terpasang di rambut hitamnya.

Sana menghembuskan nafas sambil menggeleng.

"Aku mau ke perpus. Kau ikut tidak?"

Nayeon menggeleng.

"Kelas akan segera di mulai. Nanti saat istirahat saja."

"Baiklah. Aku juga nanti saja."

***

Pulang sekolah, seperti biasa Nayeon akan duduk di taman belakang sekolah, membawa buku dan memasang headphone di kepalanya. Menikmati suasana sepi di sekitarnya.

"Minggu depan ujian. Tidak boleh lengah. Harus semangat! Fighting!"

Nayeon menyemangati dirinya sendiri.

"Ah iya, sebentar lagi pendaftaran kuliah. Aku sudah dapat kampus. Tapi tidak tau jurusan apa."

Nayeon mulai berpikir.

"Um... seni? Aku kan suka menari dan menyanyi? Tapi ayah meminta ambil jurusan bisnis. Lalu bagaimana?" Monolognya.

"Ah. Aku ambil kuliah jurusan bisnis, tapi di luar kegiatan sekolah aku mengambil yg berbau seni. Mungkin bisa. Yah. Begitu saja."

Nayeon tersenyum akan keputusannya. Cukup adil baginya dan ayahnya.

Nayeon memejamkan mata. Menikmati alunan musik yg didengarnya sambil bersenandung. Tanpa dia sadar, dia tertidur. Dan begitu bangun.

"Coklat?"

Selamat Sweet Heart. Kau anak yg pintar.

Nayeon tersenyum membaca pesan di coklatnya.

"Aku ingin bertemu denganmu penguntit. Entah kenapa aku tidak takut, malah aku senang kau buntuti. Hihihi... aneh ya? Kapan kita bertemu? Aku ingin tau seperti apa dirimu? Kau seperti angin ya? Cepat datang dan pergi. Aku tidak pernah menyadari kehadiranmu saking cepatnya." Monolognya.

Yang bersembunyi tidak jauh dari sana tersenyum.

"Yah. Karena aku adalah cinta. Tidak disadari kedatangannya karena saking cepatnya. Ah! Astaga, bicara apa kau Jeon Jungkook?"

"Hah... Segera Sweet Heart. Kita akan segera bertemu. Sudah cukup aku melihatmu dari jauh. Mulai sekarang, aku akan datang dalam hidupmu. Kau bisa melihatku."

***

"Ken! Kai!"

Dua orang yang dipanggil itu menoleh.

"Apa?" Tanya mereka bersama.

"Aku akan kuliah."

Mendengar itu, keduanya langsung tersedak salivanya sendiri.

"Yang keempat kali?" Tanya Kai tidak percaya.

"Jungkook! Cukup sudah! Kau tidak bosan apa?" Tanya Ken.

"Tidak. Kali ini aku akan masuk ke dalam kehidupan mate ku. Secara nyata. Maksudku. Aku akan mendekatinya," kata Jungkook mantab.

"Nah... begitu! Dari dulu kek!" Kata Ken.

"Tapi kali ini. Aku tidak mau masuk kuliah sendiri. Kalian haris ikut denganku."

"APA?!" Teriak keduanya bersama.

"Kau gila?! Aku tidak mau! Aku harus bekerja. Ayahku akan marah!" Kata Kai.

"Aku juga! Aku harus bekerja," kata Ken.

"Aku akan bilang pada ayah kalian. Hanya 4 tahun. Ayolah. Demi sahabatmu. Sehun dan Yeri sudah memiliki anak. Kalian tidak ingin menambah keponakan yg lucu-lucu lagi? Heum..." tawar Jungkook.

"Ayolah. Kalian sudah berjanji akan membantuku dekat dengan mate ku," kata Jungkook sambil mengeluarkan puppy eyes nya.

Kedua temannya menghembuskan nafas.

"Kalau ada vampir sepertimu, pasti tidak akan ada orang yg takut denganmu," kata Kai.

Jungkook masih mengepalkan kedua tangannya di depan dada dan memasang puppy eyes nya.

"Baiklah," kata keduanya pasrah.

"Yes!" Pekik Jungkook.

"Mate! I'm coming!"




Tbc..

Ternyata aku bingung man teman. Jadi main skip gpp ya?

Don't Go [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang