XXIV

1.9K 255 92
                                    

WARNING!
Saya baru memperbarui capt Announcement, silahkan kembali lagi ke bagian itu untuk mepermudah kalian memahami cerita ini. Silahkan bertanya kalau tidak jelas.

JADILAH PEMBACA YANG BIJAK

Jadikan kitab agamamu sebagai bacaan utamamu.

DON'T VORGET TO VOMENT!

Sorry for all of typo!

Jungkook still belong to BTS, BigHit. Ent, and Army.

Nayeon still belong to TWICE, JYP. Ent, and Once.

And all of cast still belong to boy/girlband, agancy, and fandom.

You all still in my heart.

Jangan lupa bersyukur hari ini!
.
.
.





Kacau, satu kata yang bisa menggambarkan keadaan sepasang kekasih itu.

Jungkook duduk lesu di lantai dengan bersandar pada kaki ranjangnya, pandangannya kosong, El sudah berteriak di dalam sana, tapi Vampir Jeon tidak menggubrisnya.

Kamarnya kacau, semua barang pecah berserakan, sama seperti hatinya yang hancur saat mate nya tidak menerimanya.

"Vampir Jeon, jangan siksa dirimu, kau bisa mati."

"Aku mati pun tidak akan ada yang peduli, El."

"Aku peduli padamu! Keluar dan carilah darah! Terakhir kali kau minum kemarin siang dan kalau kau tidak minum sampai sore nanti kau bisa dehidrasi. Aku tidak bisa mengambil alih tubuhmu tanpa seizinmu karena kau vampir dan aku hanya numpang, aku tidak mau ikut mati Jungkook!" Teriak El geram.

Jungkook diam.

"Vampir Jeon! Kau bisa mati! Ayolah jangan menyiksa dirimu! Aku wolf, tidak buruh darah, tapi vampir, kau bisa mati kalau dehidrasi."

"Tak apa, El. Aku tak apa kalau harus mati, tidak ada gunanya aku hidup saat mate ku saja menolakku."

"Dasar sinting! Bodoh!"

Ya, Jungkook memang sinting dan bodoh. Hanya karena wanita saja dia putus semangat untuk hidup.

Masalahnya ini beda. Mate. Belahan jiwa. Jika saja Jungkook itu makhluk biasa, maka dengan mudah dia bisa mencari wanita lain. Tapi jodoh Jungkook sudah ditentukan alam, jika tidak bisa bersama, maka Jungkook bisa menunggunya seribu tahun lagi, tapi itupun jika dia masih hidup.

Ibarat biji, cinta yang Jungkook tanamkan dua puluh dua tahun lalu itu sudah berubah menjadi pohon besar dan rindang, berbunga dan berbuah manis, akan sayang jika ditebang.

Tak beda dengan Jungkook, Nayeon pun sama.

Dia lebih memilih meringkuk dalam selimut tebalnya memikirkan apa yang baru saja terjadi. Bercak air matanya masih ada, matanya jugs bengkak karena sudah seharian menangis.

Bel apartemennya ditekan secara brutal, tapi Nayeon tetap menggubrisnya, ponselnya berkali-kali berdering, tapi sama, diabaikan.

Dering yang kesekian berdering lagi, kali ini tangan Nayeon terulur untuk mengambil tasnya yang ada di nakas lalu mengambil ponselnya.

"Ya, san."

"Nayeon. Astaga! Kau kemana saja? Kenapa baru mengangkat telfonku? Kenapa kau tidak membuka pintu apartemenmu, aku berdiri disini sejak tadi. Aku khawatir padamu. Kau tidak bekerja. Ada apa? Ini sudah sore dan aku tidak melihatmu di kantor. Kenapa nay?" Tanya Sana khawatir.

Don't Go [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang