"Kirana tunggu!" aku berlari mengejarnya. semua yang kurasakan tentangnya tidak pernah menghilang. apa yang bisa aku lakukan ketika mengakhiri hubungan kita membuatku merasa bersalah?
ini semua salahku? iya benar.
tetapi aku tidak bisa membiarkannya pergi bukan? apa yang harus aku lakukan dan apa yang sebenarnya aku inginkan? apapun yang aku lakukan akan menyakitinya.
Kirana duduk di sofa ruang keluarga, dengan pipinya yang belum kering dia menatapi TV di depannya dengan tatapan yang kosong. aku berdiri didepannya masih tidak tahu harus berkata apa. aku menghelakan nafas ku lalu duduk di meja dan menghadapinya
"Kirana dengar..."
"bisa kita diam sebentar? karena aku masih mencari cara untuk membunuhmu" jawabnya masih dengan tatapan yang kosong seakan pandangannya melewatiku
aku menggigit bagian dalam pipiku dan melihat kelantai, aku harap aku dan Kirana bisa melanjutkan hidup kami tanpa harus saling menyakiti. aku tahu Kirana tidak ada hak untuk cemburu dan marah padaku, tetapi aku harus akui melihatnya bersama wanita lain membuatku mati didalam.
"kita sebenarnya kenapa si Kirana?" tanyaku dengan volume yang kecil merasa lelah dengan apa yang terjadi diantara kita
Kirana mengedipkan matanya dan melihat kearah mataku, dia tidak mengatakan apapun tetapi hal itu cukup membuatku mengerti bahwa dia selesai denganku
"kamu membenciku?" tambahku menundukan kepala tidak sanggup menghadapi tatapannya
"so much.." jawabnya berbisik lalu menghelakan nafas yang panjang menyandarkan kepalanya di sofa dan menghadap keatas
kita berdua terdiam disana, tidak ada yang pergi dan tidak ada yang berteriak. kami tersadar bahwa ada hal-hal yang tidak kita ingin terjadi tetapi harus kita hadapi, hal-hal yang tidak kita ingin ketahui tetapi harus kita pelajari, dan orang-orang yang kita tidak bisa hidup tanpanya tetapi harus kita biarkan pergi.
suara Kirana tersedu menangis terdengar di telingaku "Kirana.." aku berdiri dan duduk disampingnya. sedikit terkejut ketika dia tidak mendorongku atau membuat jarak. aku melingkarkan tangan kananku dipinggangnya dan tangan kiriku di belakang kepalanya. aku menghusapkan kedua matanya "i'm not your girlfriend you know... you shouldn't be jealous"
perkataanku membuatnya tertawa dan kali ini tawanya tidak terdengar seperti dipaksa membuatku sedikit bingung "well aku juga bukan pacarmu dan kamu masih cemburu melihatku dengan Brasil bukan?" tanyanya dan kali ini menatapku. aku melihat matanya yang menatapku dengan lembut membuatku ingin mencium bibir miliknya, menghindari agar hal itu tidak terjadi aku menundukan pandanganku kebawah "kita harus berhenti dengan semua ini" jawabnya dan aku masih merasakan tatapannya padaku.
aku melihat matanya dan mengangguk pelan "okay.." jawabku dengan suara serak ku
Kirana masih melihatku dan akupun masih membalas tatapannya. aku mengangkat tanganku dan membelai wajahnya, entah apa yang memberikanku keberanian untuk melakukan semua itu disaat dirinya masih marah padaku tetapi aku tidak bisa berhenti mengagumi wajahnya. Kirana masih cantik dan aku ragu jika hal itu akan berubah.
aku mencoba untuk mendekati bibirnya untuk menghilangkan segala kerinduan dari sentuhan bibir kami. aku bersiap-siap mendapatkan sebuah tamparan atau apapun itu yang dia ingin lakukan untuk menyakitiku. tetapi tidak, Kirana melihatku seperti dia juga menginginkan hal yang sama. lalu sebelum pergerakanku bisa membuat hal itu terjadi, aku diberhentikan oleh perkataannya "Chandra kumohon jangan..." jawabnya berbisik sambil menatapi bibirku
aku tidak mau mendengarnya aku tidak mau menarik bibirku darinya karena aku tahu bibir kami diperuntukan untuk bersama. di setiap kali aku mencium bibirnya dan setiap kali aku menggenggam tangannya, semuanya terasa pas "maafkan aku jika aku.." mataku membidik bibirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sophomore Year (gxg)
Romance18+ (girlxgirl) TAMAT (01/04/19) Lanjutan cerita dari "Since You Came Along" Semenjak kematian kakak nya, Emma Miller menemukan diri nya semakin dekat dengan seseorang yang seharus nya menjadi pasangan kakak nya. Tessa Jenkins. Hubungan mereka sema...