Untitled Part 22

2.5K 243 7
                                    

Emma's POV

"jadi benar?! Oh my God!" Olivia terlihat terkejut dengan informasi yang kusampaikan pada nya tentang Becca "orang tua kamu tahu tentang hal ini?" tanya nya

Aku mengangkat kedua bahu ku "entah lah siapa yang peduli, mereka aja susah dihubungi"

Olivia memberikanku tatapan simpatinya "look Emma, kalau kamu membutuhkan bantuan ku, bilang aja aku pasti akan membantu mu"

Aku tersenyum mendengar ketulusan Olivia "thank you Liv" aku menjatuhkan diriku di kasur Olivia dan menatap langit kamarnya "aku hanya berharap kak Becca dan anaknya baik baik saja"

"what? anaknya?" Olivia sama terkejutnya dengan ku ketika Tessa memberitahu kan hal ini

"yup Becca punya anak"

"oh my God..."

Ekspresi terkejutnya Olivia kali ini menghiburku dan jika Olivia tidak cepat cepat menutup mulut nya aku yakin lalat bisa masuk kedalam nya. Tapi aku di sisi lain juga masih belum bisa sepenuhnya mengolah semua informasi ini di dalam otak ku. Karena informasi ini seperti bom yang dilemparkan kearahku sehingga susah untuk dipercaya

Hp ku berdering

*unknown number*

Aku menghelakan nafas, nomor ini telah mencoba menghubungiku terus menerus dan aku tidak pernah mengangkatnya karena aku tidak mau berkomunikasi dengan orang asing yang suka menguntit kehidupan orang lain

"kamu tidak akan mengangkatnya?" tanya Olivia

"no" jawab ku dengan datarnya

"dude, itu bisa aja kak Becca"

Perkataan Olivia membangunkanku dan sebelum dering itu berhenti aku pun mengangkat telfonnya

"hello?" jawabku

Tidak ada suara dari si penelepon sehingga aku pun merasa terganggu. Tetapi ketika aku mau mengakhiri telfon itu, suara seseorang terdengar

"Emma?"

Suara itu tidak asing bagiku dan senyuman bahagia langsung terbentuk di wajahku

"kak Becca..."

Aku tidak percaya kak Becca mencoba menghubungiku dan aku langsung menyesali telah menolak panggilannya berkali kali

"hey buddy..." Sapa kak Becca, aku bisa merasakan senyuman kak Becca dari suaranya. Aku terbisu, sungguh aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Banyak sekali yang ingin aku pertanyakan pada nya tetapi ketika aku mendapatkan nya berbicara padaku, setiba itu juga amarah dan kesedihanku menghilang. Seperti semua itu sudah tidak penting lagi dan yang aku fokus kan hanyalah kenyataan dimana kak Becca masih hidup

"hey.." akhirnya aku membalas sapa

Tawa kak Becca terdengar "aku enggak percaya kamu masih memakai nomor lama mu"

Tenggorokan ku serasa seperti tertutup, aku tidak bisa menahan tangisanku dan sebelum aku bisa menahannya, suara isak tangisan keluar dari mulutku

"Emma.. Please jangan nangis.. I'm so sorry for leaving, aku memilih cara ini karena aku tahu kamu tidak akan pernah mengerti. Please Emma, aku tahu kamu tidak akan memaafkanku karena ini tapi please aku mohon jangan menangis karena ku" jelas nya tetapi semakin aku menahan tangisan ku semakin tangisan ini menang atas ku

"mommy...? Why are you crying...?" suara si kecil membuatku tambah menangis. Aku tidak percaya dengan semua ini. Aku harus bertemu dengan mereka.

"honey why don't you play in your room?" kak Becca mengalihkan perhatian anaknya dengan kasih sayang

Sophomore Year (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang