9. Two Point Three

299 27 1
                                    

Bel pulang berbunyi dan aku masih mengerjakan soal yang diberi oleh Mr Freddy. Aku terbiasa untuk tidak mengerjakan tugas di rumah.

"Masih mengerjakan itu Sam?" tanya Gohan dengan suara beratnya yang  khas.

"Oh, ya."

"Aku takut kamu jadi profesor gila Sam," Gohan sudah memakai jaketnya dan bersiap untuk pergi, "beri dirimu sedikit istirahat."

Gohan menepuk pundakku dan berjalan keluar kelas.

Aku tatap buku catatan yang berserakan di atas meja. Rumus-rumus kimia ini memang bisa membuatku gila. Pensilku menari-nari di sela-sela jariku. Aku tutup semua buku dan memasukkannya ke tas saat tidak lama ponselku berdering. Nomor Lucas yang belum sempat aku simpan muncul di layar. Aku mengangkat telepon itu ragu-ragu.

"Hi Sam."

"Hi."

"Kamu masih di kelas?"

"Kenapa?"

"Bisa tolong ambilkan tasku, aku lupa membawanya."

Really Lucas? Ini kali pertama kamu meneleponku dan kamu sudah berani menyuruhku.

"Kenapa kamu nggak ambil sendiri?"

"Kakiku cedera."

"Kemana Dean dan Ethan?" aku masih sulit berempati.

"Mereka sudah pulang duluan, ada sesuatu yang mau mereka beli."

Sungguh awalnya aku tidak mau peduli, tapi entah kenapa ada rasa khawatir yang datang saat Lucas mengatakan itu. Aku mengambil tas Lucas di mejanya.

"Di mana posisimu sekarang?"

"Ruang ganti."

Aku mematikan ponselku dan berjalan membawa dua tas di punggungku, beberapa siswa melihatku heran tapi aku tidak menghiraukannya.

Di ruang ganti hanya ada Lucas yang sedang duduk di bangku panjang. Aku menghampirinya dan melempar tas dekat ke kakinya. Aku tersenyum canggung kepadanya dan bermaksud untuk langsung pergi. Tanganku sudah menggenggam gagang pintu.

"Sam, tunggu. Aw."

Lucas ingin berdiri namun rasa sakit di kakinya memaksa Lucas untuk duduk. Aku palingkan wajahku melihat Lucas dengan ekspresi kesakitan yang sungguh. Lucas tidak bercanda, kakinya benar cedera.

Aku menghampiri Lucas. Raut wajahku melunak walau masih dengan nafas yang berat. Aku lihat kaki kanan Lucas.

"Kenapa kamu nggak bilang coach soal ini?"

Lucas menatapku, "Aku nggak mau."

Wajahku mungkin sedang memasang ekspresi tidak percaya sekarang. Sekonyol itu jawabannya. Tidak banyak bicara, aku langsung pergi mencari kotak obat yang seharusnya ada di ruang ganti. Kutemukan kotak itu terselip di sela-sela loker besi. Aku ambil kotak itu dan kembali mendekati Lucas — Aku duduk dengan satu lututku di dekat kaki Lucas. Posisi Lucas lebih tinggi dariku.

"Sam."

"I got this. I was a red cross volunteer in middle school," jelasku.

Aku menyemprot kaki Lucas dengan etil klorida dan membalut kaki kanannya dengan perban elastis secara perlahan. Aku bisa merasakan kalau Lucas sedang menatapku sekarang.

"Hanya terkilir, aku yakin kamu masih bisa berlari setelah ini."

Lucas tidak berkata apa-apa.

"Lain kali perhatikan langkah kakimu," ucapku sembari memasukkan beberapa barang yang sudah aku pakai ke kotak dan menyimpan kotak itu ke tempat semula.

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang