17. Bond

252 24 0
                                    

Sidney menjinjing tas saxophone di tangan kirinya bersama Jordan yang berdiri di dekat pagar menungguku. Aku jadi teringat tentang ucapan Sidney di mobil waktu itu tentang usaha dia untuk lebih dekat lagi dengan Jordan. Dari yang aku lihat, mereka masih terlihat biasa-biasa saja, maksudku— baik Sidney maupun Jordan belum menggubris soal itu. Mungkin Sidney belum cerita kalau mereka berdua sebenarnya sudah pacaran. Tapi dari firasatku, Sidney sepertinya belum bilang apa-apa pada Jordan soal perasaannya.

Sore yang teduh, cocok sekali  aku habiskan untuk mendengar suara denting piano.

"Tumben lama," Jordan menggerutu.

Aku terkekeh dan menggaruk belakang kepala walau tidak gatal. "Ada perlu tadi."

"Tadi kita susul ke kelas tapi kamu nggak ada."

"Mungkin aku lagi ke toilet waktu kalian ke kelas."

Sesuai dengan apa yang aku bayangkan, anak orkestra sudah berbaris rapi di panggung  dengan alat musik mereka masing-masing saat aku Sidney dan Jordan masuk ke auditorium

"Sid, kamu bakal tampil solo?"

"Aku belum tahu tapi aku sudah ada rencana buat ajak Jordan duet."

"Hey, how about me?"

"Kamu bisa main solo."

"Are you kidding me?"

"No I'm not."

Sidney tertawa ringan. Aku tidak terhibur.

Kita bertiga duduk di kursi penonton melihat grup orkestra latihan. Aku masih bisa mendengar ketidaksinkronan nada dari musik yang mereka mainkan. Tapi setelah aku telisik lagi, nada itu tidak dibuat oleh pemain biola, tuba atau yang lainnya. Nada itu berasal dari piano.

Sidney tersenyum tidak senang.

"See? Aku sudah bilang ke kamu soal pemain piano itu."

"Peter?"

"Yeah."

Harus aku akui, ucapan Sidney benar. Peter yang seharusnya membawa nada malah menimbun dan memaksa nada-nada dari alat musik lainnya untuk mengikuti cara bermain Peter. Suara melengking tiba-tiba terdengar dari sela-sela musik yang sudah tidak konsisten sedari aku duduk mendengarkan. Permainan mereka selesai tanpa tepuk tangan.

"Sid, kayaknya kita nggak bisa latihan di sini," ucap Jordan.

Sidney melihat ke sekeliling, menyadari kondisi yang kurang kondusif.  Auditorium dibuka untuk siapa saja di sekolah ini. Tidak jarang siswa-siswa yang memiliki ketertarikan dalam bidang musik sengaja datang ke auditorium untuk menghabiskan waktu sebelum pulang ke rumah.

"Aku bilang Mr Han dulu, aku coba minta izin untuk pakai ruang seni."

Aku dan Jordan mengangguk. Sidney pergi ke panggung menemui Mr Han.

"Mm Jordan?" Ujarku.

"Ya?"

"Sidney sudah bilang sesuatu ke kamu?"

Jordan terlihat berpikir. "Bilang apa?"

Dengan jawabannya itu aku tahu Sidney belum bilang ke Jordan soal perasaannya.

"Soal... Mm... Aku... ajak kalian makan malam di rumahku setelah ini." aku mencoba mengelak karena tidak mau membuat Jordan curiga, lagi pula aku memang ada niatan untuk mengajak mereka makan malam sekaligus memberi tahu kalau aku sekarang sudah tinggal sendirian.

"Wah! belum. Dia belum bilang," seru Jordan.

"Kamu bisa ikut kan?"

"Bisa, asal jangan terlalu malam."

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang