Hari-hari berganti, waktu terasa begitu cepat juga merangkak begitu lambat. Layaknya dua sisi koin. Aku merasakan keduanya disetiap lemparan putaran yang sama, menunggu sisi mana yang akan jatuh menghadap langit.
Aku mencoba kembali pada rutinitasku lagi. Terlepas dari rencana membeli keyboard yang tak kunjung jadi, rutinitasku yang lain berjalan lancar. Jogging setiap sore, pergi ke gym setiap Minggu pagi, membaca karya Shakespeare setiap malam sebagai pengganti doa, menelpon kedua orang tuaku seminggu sekali, latihan piano bersama Sidney dan Jordan juga datang ke apartemen Lucas setiap Selasa malam.
Tidak setiap Minggu aku datang ke apartemen Lucas, aku hanya senang saja memasukannya ke list rutinitasku bulan ini. Lucas bilang Selasa ini giliran ia yang akan main ke rumahku, aku tidak keberatan, malah senang karena aku bisa memasakkan ia makanan dengan skill memasakku nanti.
Aku berjalan memasuki lobi dengan semangat, entah dari mana energi positif ini datang. Semuanya terasa indah, bahkan mading yang berantakan dengan poster Homecoming pun terasa begitu menarik. Sejenak aku lihat poster warna warni itu, Homecoming akan dimulai Minggu depan, pantas saja membawa suasana di sekolah menjadi berapi-api, terutama bagi siswa laki-laki yang menyukai olahraga lapang. Tapi aku lihat antusias itu tidak hanya datang dari anak laki-laki saja. Siswa perempuan pun tidak kalah senang dengan adanya Homecoming ini. Aku tahu apa alasannya, akan banyak siswa laki-laki yang mendadak bertambah keren saat mereka memakai jersey, atau saat mereka dengan percaya diri memamerkan perut sixpack saat sedang selebrasi.
Ain't no complaint, I feel that too tho.
***
Jordan sudah menungguku di cafetaria, kali ini kita dapat traktiran dari Sidney. Ia baru saja mendapat komisi karena banyak membantu Mr Han mengurus klub seni.
Di meja, aku dan Jordan menunggu Sidney yang sedang pergi ke kantin.
Jordan sedang memainkan kameranya ia membidik beberapa gambar secara asal dan random yang hasilnya sepuluh kali lebih bagus dibanding aku yang berusaha semaksimal mungkin hanya untuk memotret tiang listrik. Tidak lama dari itu Jordan terdiam.
"Entah hanya perasaanku saja atau memang benar kalau laki-laki di ujung sana sedang memerhatikanmu, Sam," ujar Jordan sedikit membisik.
Aku sedikit menoleh ke kanan, mencoba melihat laki-laki yang Jordan maksud.
Thomas?
Aku memajukan wajahku sedikit ke arah Jordan. "Laki-laki yang memakai kaus berwarna hijau tua?" tanyaku pada Jordan.
Jordan mengangguk. "Kamu kenal dia?"
"Aku pernah bertemu dia di acara ulang tahun Dean waktu itu. Dia pertama kali melihatku waktu itu saat seleksi di auditorium."
"Ooh, Tapi serius deh, dari tadi dia lirik-lirik ke sini terus."
"Sudah biarkan saja, mungkin saja dia cuman kebetulan lagi lihat ke arah sini."
Jordan menggenggam tanganku erat, gugup. "Dia ke sini Sam."
"What?"
Benar saja aku dengar langkah kaki seseorang mendekat.
"Hi Sam," sapa Thomas dengan suaranya yang berat dan sedikit serak.
"Oh hi Thomas," jawabku.
"Aku hanya ingin bilang jika Mr Han ingin aku menjadi pendampingmu selama latihan."
Alisku bertemu. "Pendamping? Bagaimana dengan Sidney?"
Wajah Thomas terlihat heran. "Sidney belum bilang ke kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way You Look At Me
Teen FictionABOUT THIS STORY Setelah pergantian tahun ajaran baru. Sam dan sahabatnya yang juga sekaligus guru pribadi Sam bermain piano tidak lagi belajar di satu kelas yang sama. 2 minggu setelahnya, kejadian memilukan terjadi kepada Sam. Penyerangan tiba-tib...
