24. Heaven

284 12 1
                                    

Cafetaria terlihat lebih sibuk dari biasanya, orang-orang bergerombol untuk makan siang. Wajah mereka terlihat ceria, aku sepertinya tahu kenapa, pekan ini tidak ada quiz ataupun tugas tambahan. Suasana ini didukung dengan hiasan dan bendera Homecoming yang mendominasi di setiap sudut cafetaria. Banyak yang mengandalkan jika tahun ini akan menjadi tahun kemenangan bagi Fiddlewood untuk menjuarai banyak cabang olahraga dan menjadi juara umum karena ada kabar kalau sekolah ini sudah mendapatkan medali emas diperlombaan renang dan tenis meja yang sudah lebih awal dimulai sebelum acara pembukaan. Homecoming sebenarnya memiliki banyak cabang perlombaan, namun ada dua pertandingan yang selalu dinanti-nanti setiap tahunnya oleh semua siswa di sekolah, yakni rugby dan sepak bola. Selain itu, bazar juga akan di mulai besok hingga akhir acara nanti. Akan banyak juga alumni yang datang untuk memberi sambutan dan bahkan sumbangan financial

Lulusan-lulusan Fiddlewood yang sukses kerap datang disetiap acara Homecoming untuk reuni, kadang mereka juga membuat acara charity yang bertujuan untuk membantu banyak siswa yang kesulitan mendapatkan kesempatan saat akan melanjutkan kuliah setelah lulus nanti. 

Jordan sudah duduk bersamaku di meja favorit kami untuk makan siang. Sidney mengabariku jika ia kini tidak bisa ikut bergabung dulu denganku dan Jordan karena ia harus membantu Mr Han melatih anak-anak marching band yang nanti akan tampil di acara pembukaan. 

"Aku yakin tim sepak bola Fiddlewood kali ini akan juara," celetuk Jordan.

"Yah aku juga, karena tahun ini bukan tim Derek yang main, semua komplotan itu tidak lolos seleksi," balasku.

"Tapi coba deh lihat, tingkah mereka masih sok jagoan gitu."

Aku menoleh ke arah tempat duduk Derek.

Seperti biasanya, bagai ayam jantan yang sedang kepanasan. Mereka tidak bisa diam dan berisik sekali, beberapa teman Derek sengaja menghalangi jalan dengan kaki mereka, kulihat beberapa siswa tersandung atau sengaja mereka tendang sehingga banyak dari mereka memilih untuk memutar arah.

"Biarkan saja, jangan dipedulikan."

Jordan masih sibuk dengan Mac and cheese dan aku masih mencoba menghabiskan salad sayur yang rasanya kalah enak dengan salad sayur buatanku. Tak lama, ponselku bergetar di atas meja. Heran, tumben sekali ada yang menelpon. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Ayahku menelpon di jam kerja.

"Sebentar Jordan aku angkat telepon dulu."

Jordan mengangguk dan sibuk memakan makaroni kejunya lagi.

Aku berjalan keluar dari cafetaria yang berisik itu sampai kutemukan tempat yang lebih tenang.

"Yes dad?"

"Sam, ayah kayaknya nggak jadi dulu pulang sore besok, sepertinya hanya ibumu yang akan menengok."

"Okay."

Minggu ini, orang tuaku bilang kalau mereka akan menjengukku, aku juga sedikit bingung dengan keputusan mereka yang akan datang di hari kerja, maksud mereka kembali ke rumah bukan hanya sekedar ingin bertemu denganku saja. Namun juga mengurusi surat pindah dan berkas-berkas lain yang jujur aku tidak mengerti.

Terdengar suara samar-samar seorang wanita. "Mr Samuel, meeting in five minutes."

"Baik Sam, ayah rasa kamu juga mendengar, ayah kabari kamu lagi nanti."

"Baik yah ja—"

Tut.

Seperti biasa, tidak ada salam akhir, tidak ada ucapan hangat. Why Am I surprised? It happens every time.

Pikiranku langsung teralihkan oleh banyaknya tenda-tenda putih yang mulai dipasang dekat dengan lapang hijau, beberapa stand bahkan sudah mulai dihias. 

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang